
Dieng Plasa sempat menjadi ikon Kota Malang di era 90’an. Sebelum menjadi pusat toko handphone dan elektronik seperti sekarang ini, dulunya Dieng Plasa adalah mall termegah yang menjadi tempat favorit warga Kota Malang.
Pusat perbelanjaan yang terletak di Jalan Dieng Kota Malang ini memang menjadi tujuan utama kebanyakan warga Malang untuk shopping atau sekedar hangout. Sebenarnya di era tersebut ada juga Sarinah dan Mandala Plasa yang letaknya di dekat alun-alun Kota Malang. Namun fungsinya tak lebih dari sekedar tempat belanja.
Letaknya yang terbilang strategis lantaran berada di pojokan perempatan menjadi salah satu keunggulan Dieng Plasa. Jika tidak ada kendaraan pribadi, ada angkot MM (Madyopuro-Mulyorejo) yang melintas di perempatan lampu merah Dieng. Angkot ini membelah wilayah Malang dari timur ke barat, melewati pusat kota (Alun-alun Kota Malang) sebelum menuju Dieng Plasa.
Mall ini terletak di dekat Universitas Merdeka Malang (Unmer). Di sekitarnya juga banyak rumah kost bagi para mahasiswa Unmer. Maka tak heran jika di tahun 90’an silam, pengunjung Dieng Plasa didominasi oleh mahasiswa.
Secara struktur bangunan, Dieng Plasa terdiri dari tiga lantai. Terbilang cukup “imut” untuk ukuran mall di zaman sekarang. Namun di zamannya, Dieng Plasa menjadi tempat favorit bagi warga Malang, khususnya muda-mudi.
Tak terlalu mengherankan jika mall ini kebanyakan pengunjungnya adalah pasangan muda-mudi, karena di sini terdapat Bioskop 21 Dieng. Bioskop ini menjadi salah satu tempat nonton paling tenar di Kota Malang pada era 90’an. Kala itu nama Bioskop Dieng bersaing dengan bioskop-bioskop lain seerti Bioskop Kelud, Bioskop Mutiara dan Bioskop Merdeka.
Malam Minggu menjadi saat-saat paling ramai di Dieng Plasa. Pemuda era 90’an jika ditanya “Ke mana Malam Mingguan sama pacar?”, hampir bisa dipastikan akan menjawab kencan di Dieng Plasa. Selain bioskop, ada banyak tempat makan yang bisa dipilih untuk memanjakan pasangan di mall ini.
Satu yang tidak bisa dilupakan, di mall ini terdapat Toko Buku Gunung Agung. Toko buku ini bisa dijumpai di lantai dua Dieng Plasa. Namanya memang tak setenar Gramedia, koleksi bukunya juga tak terlalu lengkap, namun buku-buku bacaan dari penerbit asing bisa dibilang lebih banyak dan variatif jika dibandingkan dengan toko buku selevelnya. Sayang, toko buku ini tak berumur panjang. Entah apa penyebabnya, toko buku ini sudah tinggal nama sebelum era 90’an berakhir.
Lain dulu, lain sekarang. Mall-mall megah dan mewah mulai menjamur di Kota Malang menyaingi Dieng Plasa. Sebut saja Plasa Araya di kawasan utara Kota Malang, Malang Town Square (Matos) di Jalan Veteran, dan Mall Olympic Garden di dekat Stadion Gajayana, yang letaknya relatif lebih dekat dengan pusat kota. Predikat mall termegah milik Dieng Plasa perlahan harus ikhlas ditanggalkan. Perlahan tapi pasti, warga Malang, dan juga muda-mudinya mulai beralih ke mall-mall yang dianggap lebih modern secara penampilan.
Sempat terdengar ada wacana merobohkan mall ini dan menggantinya dengan bangunan hotel. Namun akhirnya Dieng Plasa direnovasi menjadi lebih modern demi bersaing dengan mall-mall lainnya di Kota Malang. Pada Oktober 2014, mall ini berganti nama menjadi Cyber Mall. Tak hanya nama, konsep mall ini juga berganti menjadi tempat berbelanja produk IT dan gadget, seperti handphone dan laptop. Sejak berganti nama inilah, Dieng Plasa mulai ramai pengunjung kembali.
Nah, jika masih ingin bernostalgia dengan mall termegah di zamannya ini, silakan datang ke sana. Bioskop yang dulu sudah direnovasi menjadi lebih bagus dan dipegang oleh Cinema 21. Di basement-nya juga masih ada Hugo’s Cafe and Resto yang biasa menjadi tempat dugem.