
Stasiun Malang Kotabaru memang masih kalah tua jika dibandingkan dengan Stasiun Malang Kotalama yang lebih dahulu berdiri. Namun, stasiun yang dibangun pada tahun 1940 itu memiliki sejarah yang tak kalah menariknya untuk dikuak. Siapa sangka, bangunan stasiun yang terletak di Jalan Trunojoyo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur itu dulunya tidak berada di lokasi seperti saat ini.
Mulai tahun 1879, warga Malang masih menggunakan Stasiun Kotalama yang berada di sebelah selatan, tepatnya di Jalan Kolonel Sugiono, Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun. Sementara bangunan Stasiun Kotabaru sendiri konon sudah berdiri sejak tahun 1887, namun berada di sebelah timur rel kereta.
Ada dua versi yang menyebutkan mengapa stasiun itu berada di sebelah timur rel. Versi pertama menyebutkan pada masa itu di timur rel terdapat tangsi militer, sehingga stasiun dibuat berhadapan langsung dengan lokasi tersebut. Ada pula yang menyebutkan bangunan Stasiun Kotabaru lama dibuat di sebelah timur rel agar penumpang yang turun bisa langsung menikmati indahnya pemandangan Gunung Panderman di sisi barat stasiun.
Perkembangan Malang sebagai calon kota terbesar kedua di Jawa Timur di era Kolonial Belanda memaksa pemerintah setempat membuat bangunan stasiun kereta api yang baru pada tahun 1940. Tujuannya agar bisa menampung penumpang lebih banyak lagi. Maka, stasiun kereta api yang tadinya di sebelah timur rel dipindah ke sebelah barat rel sehingga dapat langsung menghadap ke arah Lapangan JP Coen. Lapangan yang sekarang menjadi Alun-alun Tugu tersebut kala itu direncanakan sebagai pusat pemerintahan.
Pemindahan bangunan stasiun tersebut disetujui pemerintah pusat 10 tahun sebelumnya, tepatnya pada tahun 1930. Pemindahan bangunan ini juga untuk memudahkan akses menuju Jalan Kahuripan, Jalan Kayutangan, dan Jalan Semeru, yang kala itu dijadikan sebagai titik pusat lalu lintas Kota Malang. Bangunan yang lama akhirnya sekarang menjadi gudang peralatan perawatan kereta api.
Ir. Herman Thomas Karsten selaku Perencana Kota Malang pada saat itu memiliki rencana membuat tata letak stasiun kereta api seperti di kota-kota di Eropa, yakni letaknya berada di pusat kota. Dalam perkembangannya, pada tahun 1983 dibuat pula jalan kembar dari Alun-alun Tugu menuju stasiun, dengan taman kota berada di tengahnya. Tujuannya untuk membuat Stasiun Kotabaru terkesan monumental dan lebih sedap dipandang mata.
Bangunan stasiun Kotabaru ini dirancang oleh Landsgebouwendienst (Jawatan Gedung Negara). Arsitekturnya menggunakan gaya kolonial modern atau yang juga sering disebut sebagai Nieuwe Bouwen. Ciri-cirinya berwarna putih, volume bangunan yang berbentuk kubus, gevel horizontal, dan atap datar. Sementara untuk perancangan teknisnya dilakukan oleh Jawatan Kereta Api sendiri, yang berpatokan pada karya J. van der Eb. Pelaksanaannya dikerjakan oleh sebuah perusahaan biro pelaksana bangunan dan perancangan bernama Algemeen Ingenieurs en Architecten (AIA) yang tenar pada zaman itu.
Stasiun Kotabaru ini memiliki satu keistimewaan lain, yaitu menjadi satu-satunya stasiun kereta api yang memiliki lorong bawah tanah. Lorong tersebut menghubungkan antara peron satu dengan peron lainnya. Struktur dan sistem kontruksi terowongan tersebut juga dibuat dari beton yang tahan ledakan bom dan kedap gas beracun. Berdasarkan sejarah yang ada, liang raksasa itu dibuat untuk mengantisipsi serangan udara musuh, karena di masa itu sedang merebak isu tentang Perang Dunia II yang bakal mengusik kekuasaan Hindia-Belanda di bumi Nusantara. Rancangan konstruksi lorong ini sesuai dengan yang disarankan oleh pihak militer.
Lokasi Stasiun Kotabaru ini bisa dibilang sangat strategis. Stasiun ini terletak tak jauh dari kawasan pusat pemerintahan, gedung Balai Kota Malang, Alun-alun Tugu, Gedung DPRD, kompleks SMA Tugu (SMA Negeri 1, SMA Negeri 3, dan SMA Negeri 4 Malang), Pasar Klojen, dan Markas Kodam V Brawijaya. Baru-baru ini Taman Trunojoyo di seberang stasiun juga selesai direvitalisasi sehingga dilengkapi dengan air mancur dan fasilitas taman bermain untuk anak-anak. Terdapat pula pusat kuliner di dekat taman tersebut yang buka dari pagi hingga malam hari.
Akses jalan menuju stasiun ini juga terbilang cukup mudah, termasuk oleh angkutan umum. Di Jalan Trunojoyo tersebut terdapat banyak angkutan kota (angkot) yang melintas, di antaranya ADL, AL, MM, AJG, ABG, dan AMG. Tinggal pilih mana yang sesuai dengan tempat Anda berasal.