
Kita semua tahu bahwa apel dan Malang memiliki keterkaitan yang sangat kuat, karena apel adalah buah khas dari kota Malang, orang berkunjung ke Malang mayoritas mencari apel atau olahan apel sebagai oleh-oleh. Karena khasnya, Malang pun juga disebut Kota Apel. Apel dari Malang sendiri memiliki cita rasa yang khas, manis yang sedikit ada rasa masam di setiap gigitannya, warnanya pun bukan merah seperti Apel Fuji, tapi hijau kemerah-merahan.
Rupanya, adanya apel di Malang tidak lepas dari peran para kompeni Belanda. Malang yang memang dikelilingi gunung berapi menjadikan tanah di Malang dan sekitarnya subur dan sangat cocok untuk perkebunan membuat Belanda akhirnya berbondong-bondong ke Malang. Hingga akhirnya para petani-petani Belanda yang bermukim menanam pohon-pohon apel, sehinga pertumbuhan perkebunan pun semakin baik.
Tanaman apel sendiri bukan tanaman Indonesia, cikal bakalnya berada di Israel. Menurut Suhariyono, Peniliti Apel Balitbangtan 1929 merupakan awal mula dimana tanaman apel sampai di Indonesia oleh orang Belanda yang bernama Gratel. Sebelum orang Belanda mengembangkan tanaman apel, mereka mengembangkan jeruk kepruk dengan cara manual. Namun, pada 1929, tanaman jeruk mereka diserang penyakit sehingga mereka gagal panen dan rugi besar, pada waktu yang sama rupanya banyak tanaman apel yang tumbuh secara liar, khususnya di kawasan Batu. Akhirnya tahun 1930, orang Belanda mulai serius menjadikan tanaman apel sebagai penghasilan utama hingga menjadi monopoli bagi masyarakat Eropa.

Sayangnya, karena Indonesia saat ini masih dijajah, masyarakat pribumi tidak diperbolehkan untuk menikmati hasil apel tersebut. Pribumi hanya menjadi kuli di sana, karena memang apel pada saat itu menjadi simbol buah yang dimiliki masyarakat elit yang saat itu adalah masyarakat Eropa. Selain itu, perkebunan besar lainnya dimonopoli oleh orang-orang Eropa, keberhasilan itu lah yang konstruk tanah menjadikan tanahnya memungkinkan untuk mengembangkan tanaman apel.
Meski masyarakat Indonesia, khususnya Malang tidak diperbolehkan untuk memiliki perkebunan apel, kuli-kuli penanam sayuran pun tetap jaya, karena dia praktik sendiri, ilmunya akhirnya berkembang dan membuka usaha, begitu ungkap Koes Dwayati Soegondo yang merupakan saksi sejarah yang telah lahir 1934.

Hingga akhirnya ketika Belanda telah hengkang dari Indonesia, terutama dari Malang, perkebunan-perkebunan Apel pun hingga saat ini dikuasai oleh pribumi dan berkembang pesat hingga banyak sekali olahan apel seperti cuka apel, sari buah apel, manisan apel, dan masih banyak lagi. Apel kota Malang yang memiliki dua variasi, yakni berwarna keseluruhan hijau dan berwarna hijau kemerah-merahan pun tidak kalah saing dengan Apel Fuji. Begitu lah cikal bakal bagaimana apel menjadi khas di Malang, semuanya tidak lepas dari masyarakat Eropa yang lebih tepatnya dari petani-petani Belanda yang bermukim.
apel malang memang mak nyuuus…