
Stasiun Tumpang adalah stasiun non-aktif yang berada di wilayah Kecamatan Tumpang Malang, Stasiun ini dulu adalah yang paling timur berada di Malang dan melayani jalur trem Malang Stoomtram Maatschappij (MSM) hingga tahun 1970-an. MSM sendiri didirikan pada tanggal 14 November 1897 dengan kantor pusat di Stasiun Jagalan.
Seperti yang sudah dijelaskan di artikel MSM sebelumnya, ditutupnya stasiun yang melayani jalur Blimbing-Tumpang ini dikarenakan MSM sudah dianggap relevan di zaman itu karena punya lokomotif yang cukup tua kalah bersaing dengan moda transportasi yang lain seperti dengan bemo, bis kendaraan pribadi atau yang lain.
Problem kalah bersaing menyebabkan penumpang kereta semakin sepi, dan ini juga terjadi di jalur MSM lain sehingga akhirnya di tahun 1970-an MSM sudah tidak beroprasi lagi karena terus merugi.
Dulu stasiun ini begitu ramai untuk melayani penumpang yang ingin ke Surabaya ataupun Malang melalui Stasiun Blimbing. Bahkan, Stasiun ini pernah melayani kereta angkutan barang yang ingin pergi ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Saat menuju ke Tumpang, rel mempunyai dua percabangan. Satunya menuju ke Bandara Abdurrahman Saleh dan satunya menuju ke Tumpang. Rute ke Bandara ada karena bisa jadi dulu digunakan untuk mengangkut pasukan ataupun logistik ke Malang. Bandara Abddurrahman Saleh sendiri dibangun Belanda pada tahun 1937-1940 yang merupakan Bandara militer. Untuk mengatur kereta dari dua percabangan ini, Belanda dulu membuat Stasiun Pakis yang terletak diantara Blimbing dan Tumpang.

Sementara untuk jalur ke Tumpang, bisa jadi digunakan untuk mengangkut penumpang ke sana ataupun mengangkut hasil panen dari wilayah Tumpang ke kota. Bekas rel dari Stasiun Blimbing ke Tumpang pun saat ini masih ada dan banyak tertanam di pinggir jalan raya.
Saya membayangkan saat-saat dimana jalur tersebut masih aktif. Dimana tidak ada rumah, jalan raya, serta suara bising kendaraan seperti saat ini. Saya membayangkan saat jalur tersebut di tahun 1940 an, pasti masih bersih, asri, nan indah. Apa lagi rute tersebut diapit oleh dua pegunungan yang berada di timur dan baratnya. Belum lagi jalur tersebut juga melintasi kawasan Mendit. Pasti asyik sekali saat kita melintas menggunakan kereta api di tahun 1940 an. Tapi sayang, jalur tersebut kini hanya menjadi sebuah besi tua dan sepenggal dari kisah sejarah perjalanan kereta api yang ada di Indonesia. | dipomojosari.com