
Taman Makam Pahlawan Pujon di Desa Ngroto
Serangan Agresi Militer Belanda Kedua yang berkode Operatie Kraai atau Operasi Gagak secara resmi dilakukan di daerah Yogyakarta pada Desember 1948. Namun secara praktek juga terjadi di seluruh daerah di Indonesia. Salah satunya adalah Pertempuran Ngroto tahun 1948.
Malang yang dulu menjadi daerah yang didirikan Belanda pada tahun 1948 mempunyai pemerintahan Federal. Sehingga Walikota Malang yang saat itu dijabat oleh R. Soehari Hadinoto disebut Walikota Federal.
Di tahun 1948 meskipun Indonesia sudah merdeka, beberapa markas Militer di daerah Malang masih dikuasai oleh Belanda, sementara para pejuang yang mengadakan perlawanan tipis-tipis banyak melakukan perang gerilya meskipun secara nyata markas mereka juga ada. Tetapi, di tahun 1948 masyarakat di Malang cenderung damai. Karena ada sebuah pertempuran di Ngroto.
Ngroto terletak di Pujon Timur, Desa yang memiliki tiga Dusun itu dibelah oleh Jalan Provinsi Malang Kediri. Di daerah tersebut ada markas militer Belanda yang mendapatkan serangan dari pejuang Indonesia.

Cerita itu berawal dari Desa Madiredo dimana ada petani yang akan pergi ke sawah ditembaki oleh Belanda. Alasannya adalah ketika itu para petani tersebut membawa bambu panjang yang dianggap seperti bambu runcing milik pejuang.
Tanpa ampun, Belanda menghujani mereka dengan desingan peluru hingga roboh dan tewas seketika. Peristiwa ini memancing reaksi yang cukup keras dari para pejuang Pujon. Beberapa komandan kompi dan coordinator lascar lantas saling bertemu untuk membahas serangan balasan terhadap tentara Belanda.
Dikutip dari Perang Kemerdekaan Pujon 1945-1949, pertemuan awal menghasilkan kesepakatan untuk melakukan serangan besar-besaran terhadap markas Belanda di desa Ngroto. Selanjutnya Januari 1949 Mayor Abdul Manan kembali melakukan konsolidasi untuk persiapan serangan umum ke markas Belanda di desa Ngroto.
Akhirnya pasukan batalyon II dan kompi macan putih yang dipimpin Letnan Soemadi melakukan serangan secara frontal ke markas Belanda pada malam hari.Pasukan Belanda yang tak menyangka akan adanya serangan secara besar-besaran dari pejuang,terdesak dan hanya bisa bertahan .Baku tembak antara pasukan TNI dan tentara Belanda terjadi 12 jam mulai pukul 6 sore sampai 6 pagi,
Ketika pasukan Belanda terus terdesak dan markas mereka hampir hancur, datang bala bantuan dari pasukan Belanda yang berkedudukan di daerah Batu.Serdadu dengan persenjataan lengkap,kendaraan lapis baja serta pesawat terbang berhasil memukul mundur pasukan yang dipimpin Letnan Soemadi.Belanda dapat kembali menduduki markas di Ngroto, namun kondisi bangunan yang di gunakan sebagai markas tersebut sudah men-galami kerusakan yang cukup parah.Setelah terpukul mundur,pasukan TNI kembali ke daerah gerilya.
Menurut kesaksian seorang gerilyawan, saat itu Banyak jatuh korban dari pihak Belanda, mayat pasukan Belanda yang tewas di angkut dengan truk dan dibawa ke arah timur.,sedangkan dari pihak TNI, jumlah korban yang teridentifikasi sebanyak 2 orang, yaitu prajurit Koesnan dan Sersan Moedasik.
Ketjamatan Poedjon merupakan Iboekota Kawedanan Poedjon semenjak masa pemerintahan Kolonial Belanda merupakan daerah berudaraan sedjoek terdapat Hotel tempat peristirahatan orang-arang Belanda. Dikelilinggi gunung-gunung daerah ini sangat strategis sebagi daerah Gerilya semasa Revolusi Fisik merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Dari sinilah mengalir salah anak sungai Brantas yaitu Kali Konto yang bermuara di Kalimas Surabaya dan Kali Porong Sidoarjo.
LHo copas dari artikel q ???? sumber otentikx : buku sepenggal sejarah pujon era kolonial+naskah letkol sutomo dg judul : Geriliya di Pujon 1945-1949. pertempuranx tahun 1949 januari bukan 1948 seperti yg dijudulx
Thanks masukannya. Kemarin kita kesulitan mencari keontetikan dari artikel ini sam karena sudah kadung tersebar dimana-mana. Thanks informasinya
salahsatu gedung yang menjadi markas belanda di Ngroto, Masih berdiri sampai sekarang. beberapa saksi sejarah yang masih hidup : Bapak Oesodo Ngarif : Ketua LVRI Pujon, Bapak Muri (sesepuh desa Ngroto), Bapak Ngatimo & Ibu Ngaisah (Mantan anggoto batalyon Abd Manan)