Maret 23, 2023
?>
Taman Rolak, Hasil Swadaya Warga Kedungkandang - M Aminudin detikcom

Taman Rolak, Hasil Swadaya Warga Kedungkandang - M Aminudin detikcom

Semua seolah tak percaya melihat wajah bantaran Sungai Amprong yang dulunya kumuh dan ditumbuhi banyak tanaman liar, serta menjadi tempat pembuangan sampah, kini berubah 180 derajat. Bantaran sungai yang mengalir di wilayah Kelurahan Kedungkandang, Kota Malang, itu disulap warga RW 03 Kelurahan Kedungkandang, Kecamatan Kedungkandang menjadi sebuah taman edukasi dan tempat bersantai bagi masyarakat umum. Menariknya, berbeda dengan taman-taman lainnya yang biasanya menggunakan dana CSR perusahaan tertentu, upaya pembangunan taman yang diberi nama Taman Rolak ini dilakukan dengan dana swadaya dari warga setempat.

“Selama empat bulan kami membuat taman ini secara gotong royong. Dananya swadaya dari masyarakat,” kisah sang Ketua RW, Agus Surahman, yang dikutip dari Detikcom.

Keprihatinan warga melihat terbengkalainya bantaran sungai tersebut menjadi awal mula dari ide menciptakan ruang terbuka hijau, yang sesuai dengan semangat Walikota Malang, Moch Anton yang ingin memperbanyak taman-taman di kawasan kota yang dipimpinnya. RW 03 tergolong kampung yang padat penduduk dengan kurang lebih 350 KK yang tersebar di delapan RT. Mereka prihatin lantaran tidak memiliki ruang publik, juga tempat bermain bagi anak-anak karena keterbatasan lahan.

“Dari pertemuan rutin, kami coba gagas memanfaatkan lahan dekat sungai ini. Tanah ini milik Dinas Pengairan Pemprov Jatim, kami mencoba untuk meminta izin mengubahnya jadi ruang terbuka hijau. Ternyata disetujui, mau tidak mau kita harus bekerja. Karena usulan dari, dananya pun secara gotong royong. Begitu juga selama pengerjaannya,” imbuh Agus.

Disain taman ini dibuat sedemikian rupa, sendiri oleh warga setempat. Pada lahan sepanjang kurang lebih 172 meter persegi, secara bertahap dibangun sarana prasarana yang layak. Mulai dari taman, gazebo sebagai tempat berteduh, hingga tempat duduk permanen dan kayu yang langsung menghadap ke aliran sungai. Secara kebetulan memang Sungai Amprong mengalir tepat di sisi selatan permukiman warga. Uniknya, tiap RT memiliki taman sendiri dengan berbagai ukuran yang diisi dengan beragam jenis tanaman hias.

“Kami desain sendiri, gazebo, serta taman. Rencananya tahap kedua, akan kami tambah ruang bermain bagi anak-anak,” imbuh Agus.

Selain dari swadaya masyarakat setempat, proyek taman ini mendapat bantuan dana dari pemerintah daerah sebesar 20 juta rupiah yang bersumber dari PAK APBD Kota Malang.

“Jika ditotal, taman ini menghabiskan dana hampir Rp 200 juta. Dukungan dari pemerintah Rp 20 juta, sisanya warga gotong-royong mengumpulkan dana,” kata Agus dengan bangganya.

Memakan waktu empat bulan, warganya nyaris tidak berhenti bergotong royong mempercantik Taman Rolak. Beruntungnya, tak sedikit warga RW 03 yang memiliki ketrampilan dalam bidang pertukangan. Tak heran jika pembangunan taman yang memanjang mengikuti alur Sungai Amprong ini tak melibatkan atau mempekerjakan orang luar.

“Kalau sore dan malam. Semua warga duduk-duduk disini. Sekarang kami punya tempat terbuka yang aman, nyaman, dan asri,” tutur Agus.

Menurutnya, kunci dari terwujudnya taman ini adalah kegotong-royongan warganya. Jauh sebelumnya, mereka tidak pernah terpikirkan untuk melakukan hal tersebut.

“Kami ini tinggal dengan permukiman padat. Bersebelahan dengan sungai, kalau tidak begini. Kasihan anak-anak dan warga yang ingin bersantai, serta memiliki lingkungan yang sehat,” tambahnya.

Minggu (17/4) siang, akhirnya Taman Rolak kebanggaan warga Kedungkandang umumnya dan RW 03 khususnya, diresmikan Walikota Malang, Moch Anton. Taman ini termasuk taman edukasi pertama di Malang yang dibangun oleh warga. Pria yang akrab disapa Abah Anton itu mengapresiasi perubahan mindset dari masyarakat dalam hal kecintaan pada lingkungan hidup. Menurutnya, dengan adanya taman itu, bakal segera mewujudkan mimpinya membangun seribu taman di Kota Malang. Konsep pembangunan berbasis lingkungan, pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai sarana edukasi dan wisata gratis menjadi prioritasnya beberapa tahun terakhir.

“Selama ini bantaran sungai tidak dimanfaatkan, akan lebih membahayakan lagi. Seperti dibangun permukiman liar, jadi dengan adanya taman edukasi ini sudah menunjukkan masyarakat mengerti mana yang baik dan mana yang tidak baik,” ungkap Anton usai peresmian taman.

“Seperti ini bisa dijadikan contoh, untuk memanfaatkan lingkungan yang ada. Bantaran sungai tidak lagi membahayakan, namun dapat dijadikan sebagai ruang terbuka hijau dan wisata. Makanya tadi saya sampaikan, warga rumahnya jangan membelakangi sungai. Karena jika begitu, kepedulian akan lingkungan akan tidak ada. Membuang sampah seenaknya dan tidak merawat. Coba jika rumahnya menghadap ke sungai, akan tergerak untuk melestarikan dan membersihkan.”

Keberadaan Taman Rolak ini diharapkan Anton merangsang tumbuhnya potensi wisata di Sungai Amprong ke depannya. Warga RW 03 telah berhasil memeloporinya dan tinggal dikembangkan oleh yang lainnya. Apalagi wilayah Malang timur telah dipersiapkan sebagai sebuah mega proyek pembangunan di kota apel ini.

“Grand design pembangunan ke depan untuk wilayah timur sudah ada. Master plan kami siapkan, siapapun nanti wali kotanya harus menjalankan mimpi pembangunan ini. Sungai Amprong nantinya menjadi destinasi wisata, warga dapat membuat perahu, atau membangun wisata kuliner di bantaran sungai,” jelas Anton.

Menurut pengakuannya, sebelum taman ini diresmikan, Anton secara informal beberapa kali menyempatkan hadir di tengah warga yang sedang melakukan aktivitas pembangunan taman. Spirit diberikannya kepada warga yang sudah dapat mengubah pola pikir untuk semakin mencintai lingkungan sekitarnya. Harapannya, Taman Rolak ini dapat menginspirasi warga lain yang juga menempati permukiman di bantaran sungai.

“Kami sangat mengapresiasi, ini bagus. Karena banyak daerah lain, warganya tinggal di bantaran sungai,” pungkas Anton.

?>