Maret 27, 2023
?>
Pondok pesantren di Malang

Pondok Pesantren Miftahul Huda (Gading) Malang - Google

Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) atau yang lebih kondang dengan nama Pondok Gading merupakan ponpes tertua di Malang dan tertua ketiga di Indonesia. Banyak kenangan tempo dulu bagi santri-santri yang pernah mondok di sana, termasuk bagi ayah penulis yang resmi menjadi alumni di awal tahun 1980-an.

Sekedar informasi, ayah penulis menuntut ilmu di pondok yang didirikan oleh KH. Hasan Munadi itu mulai tahun 1976. Kebijakan Ponpes yang memperbolehkan santrinya untuk menuntut ilmu selain ilmu agama di sekolah umum membuat ayah penulis senang. Tak heran, karena waktu itu, selain mondok, ayah penulis juga berkuliah di Universitas Negeri Malang. Kebijakan ini dirintis oleh KH. Moh. Yahya, menantu KH. Ismail, putra pertama sang pendiri.

Tak hanya ilmu yang didapatkan di awal masa kepemimpinan KH. Abdurrohim Amrullah Yahya tersebut. Selama empat tahun, sudah cukup meninggalkan banyak kenangan yang hingga kini masih melekat di pikiran ayah penulis. Berikut ini ketujuh kenangan di Pondok Pesantren Gading tempo dulu yang mungkin juga pernah Anda alami sebagai alumninya.

1. Khitobah

Khitobah atau yang secara harfiyah disebut dakwah lisan ini menjadi menu wajib bagi para santri. Dakwah lisan yang dimaksud di sini adalah berkhutbah alias berpidato.

Latihan pidato ini dilakukan setiap satu bulan sekali. Jadi, secara bergilir, setiap santri wajib tampil di atas mimbar untuk menyampaikan materi dakwah lisan, sementara santri lainnya menyimak di bawah bimbingan pengasuh ponpes.

2. Ro’an

Definisi ro’an adalah bergotong-royong atau kerja bakti bersama-sama santri lainnya. Biasanya dilakukan untuk membersihkan halaman atau ruang belajar para santri.

Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap satu minggu sekali. Biasanya hari Minggu dipilih sebagai hari yang tepat untuk bersih-besih ponpes secara gotong-royong.

3. Ta’ziran

Ta’ziran adalah hukuman bagi para santri yang melanggar aturan yang berlaku di ponpes. Tak peduli latar belakang atau siapa pun dia, jika melanggar tentu bakal menerima konsekuensinya.

Mulai pelanggaran ringan seperti bolos jam mengaji, hingga yang berat seperti meninggalkan pondok tanpa izin, semuanya akan mendapat hukuman sesuai dengan tingkat kesalahan santri. Untuk memberikan efek jera, hukumannya biasanya dengan membersihkan halaman atau ruang belajar.

4. Sorogan

Sorogan dapat diartikan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih menitikberatkan pada pengembangan kemampuan perseorangan atau individu. Biasanya dilakukan oleh santri senior yang telah ditunjuk oleh kyai kepada para santri junior.

Sistem sorogan ini biasanya diselenggarakan di ruangan tertentu di mana di situ tersedia tempat duduk seorang kyai atau ustadz, kemudian di depannya terdapat bangku pendek untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Semetara itu, santri-santri lainnya duduk dengan posisi agak jauh sambil menyimak atau memperhatikan, sekaligus mempersiapkan diri menunggu giliran dipanggil.

5. Khataman Alumni

Setiap bulan Ramadhan, di ponpes ini selalu diselenggarakan khataman Al Quran. Khataman ini biasanya khusus diikuti oleh para alumni.

Momen ini tak hanya sebagai ajang menamatkan membaca kitab suci oleh mereka. Namun, para alumni ini biasanya juga melakukan temu kangen alias reuni dengan teman-teman lama.

6. Masak Bersama

Berbeda dengan ponpes modern, ponpes tempo dulu memiliki dapur umum. Di tempat tersebut, para santri bebas memasak makanan apa yang ingin mereka makan tiap harinya.

Dapur umum ini tak hanya khusus untuk satu-dua santri saja. Semua santri bebas menggunakan alat-alat di dapur yang biasanya berukuran lebih besar dari kamar atau ruang belajar ini.

7. Ngenger

Di pondok pesantren terdapat istilah ngenger. Biasanya istilah ini diberikan untuk santri yang mondok dengan ‘gratis’ dengan syarat mengabdikan hidupnya kepada keluarga kyai sang pengasuh pondoknya.

Sebagai konsekuensi, si santri ngenger ini harus siap melaksanakan seluruh perintah dari sang kyai. Umumnya, santri dengan status demikian jika taat suatu saat bakal diambil mantu oleh sang kyai.

?>