
Zwingli, Pembuat Alat Espresso Geni tanpa Mesin Tertarik Kopi Bisa Dinikmati Semua Kalangan dengan Espresso
Penikmat kopi espresso kini tak hanya terbatas orang-orang kaya. Berkat pria Malang bernama Zwingli yang menciptakan alat pembuat kopi espresso murah, kopi berkelas itu bisa dinikmati masyarakat menengah ke bawah.
Sebelum ada inovasi dari Zwingli, kopi espresso biasa dinikmati di kafe atau hotel mewah. Kita pun harus merogoh kantong hingga 30 ribu rupiah percangkir. Namun, setelah terciptanya alat Espresso Geni buatan Zwingli, para penikmat kopi hanya butuh delapan ribu rupiah saja.
Zwingli sendiri memang merupakan pemilik warung kopi Selassie Shelter Coffee di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Kadang, ia tak segan membuatkan sendiri kopi espresso pesanan pelanggan setianya. Bahkan, jika ada yang meminta, dengan senang hati ia akan menunjukkan alat pembuat espresso manual buatannya yang diberi nama Espresso Geni.
Prinsip kerja alat buatannya tersebut tak jauh beda dengan alat pembuat espresso otomatis. Pada dasarnya, espresso adalah minuman yang dihasilkan dengan mengekstrak biji kopi yang sudah digiling dengan cara menyemburkan air panas bertekanan tinggi. Kemudian, pria kelahiran Malang, tahun 1968 ini memanfaatkan prinsip kerja tersebut.
Ide membuat alat itu pun berawal dari keprihatinannya mengetahui bahwa harga alat pembuat espresso otomatis yang sangat mahal. Kisaran harganya hingga ratusan juta rupiah. Tak heran, kopi espresso umumnya disajikan di kafe mahal dan hotel mewah yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke atas.
Fakta itu memaksanya membuat inovasi baru untuk mengakomodir semua kalangan agar bisa menikmati kelezatan cita rasa espresso yang sama tanpa mengeluarkan biaya yang fantastis. Zwingli pun berupaya membuat alat espresso manual dengan biaya seminim mungkin. Langkah pertama, pria 48 tahun ini mencoba membuat dengan mereka-reka alat yang bahan dasarnya dari stainless steel.
Alat pembuat espresso otomatis yang dimilikinya pun dibongkar. Dari situ, ia dapat melihat kondisi dalam mesin espresso listrik untuk mengetahui cara kerjanya. Setelah itu, ia memasukkan ide briliannya dengan memanfaatkan api atau geni sebagai tenaga pengganti listrik. Melalui berbagai percobaan, dan beberapa kali kegagalan, akhirnya alat espresso dengan pemanas dari api itu pun berhasil dibuatnya. Karena pemanasnya dari api, alat itu dinamainya Espresso Geni (Bahasa Jawa).
Biaya pembuatan alat manualnya itu hanya kisaran enam juta rupiah, jauh lebih hemat dari alat pembuat kopi espresso bertenaga listrik. Dengan menekan biaya pembuatan alat itu, harga kopi espresso produksi warung kopinya juga tak terlalu mahal. Secangkir kopi espresso buatannya hanya dibandrol delapan ribu hingga 10 ribu rupiah. Tak heran jika semua lapisan masyarakat bisa menikmati kopi espresso ala kafe dan hotel mewah di warung kopinya.
Zwingli mengaku, semua ilmu yang dimilikinya didapatkan secara otodidak. Selain itu, dia juga sering belajar dari rekan-rekannya yang juga sama-sama penikmat kopi. Langkah itu memudahkannya untuk mencari masukan agar espresso yang dihasilkan dari alat miliknya sesuai dengan selera masyarakat.
Selain membuat harga kopi espresso lebih terjangkau, alat Espresso Geni buatannya dapat melatih insting seorang barista (peracik kopi) yang menjadi lebih leluasa mengatur dan berkreasi dalam meracik kopi espresso. Jika mesin espresso listrik sudah terprogram setelah barista memencet tombol, berbeda dengan alat Espresso Geni yang harus mengatur tekanan sesuai selera. Dengan demikian, skill si barista dalam menyajikan kopi ini kian terlatih. Sebab, kemampuan mengontrol kapan memulai waktu untuk brewtime (proses pembuatan kopi) menentukan rasa espresso.
Untuk mengoperasikan alat Espresso Geni buatannya itu cukup mudah. Barista cukup meletakkannya di atas kompor. Masukkan air, lalu letakkan gelas di bagian bawah alat tersebut untuk menampung hasil proses dari Espresso Geni. Hasil olahan yang mengucur ke gelas akan terlihat berwarna hitam dengan busa keemasan.
Dalam alat itu terdapat beberapa keran. Selain keran untuk menambah tekanan (tanpa uap air) guna menghasilkan crema (busa keemasan pada espresso), ada pula keran untuk memanaskan susu sebagai campuran espresso. Keran lainnya untuk membuang tekanan boiler (pemanas), yang menghasilkan steam susu yang bisa digunakan untuk latte art (seni melukis di atas secangkir kopi). Lalu, keran terakhir untuk membuang tekanan dari gruphead (tempat kopi).
Hingga artikel ini dibuat, setidaknya sudah ada 12 unit Espresso Geni yang pernah diproduksinya. Zwingli menjelaskan, alat buatannya dibeli warung kopi di beberapa kota, seperti Kota Batu, Tulungagung, Blitar, dan Surabaya. Sementara itu, soal kemungkinan alatnya akan diplagiat, Zwingli mengaku tak ambil pusing. Pria paruh baya itu percaya, sekalipun ada yang meniru alatnya, pasti tak akan sama rasa dan kualitas kopi espressonya seperti hasil racikan alat Espresso Geni miliknya.