
Cak Kandar dalam sebuah aksinya (C) Portalmusikmalang.com
Di tangan Cak Kandar, daun-daunan bukan sekedar sampah yang berlalu begitu saja saat diterbangkan angin. Pria bernama asli Soekandar itu mampu menyulap daun itu menjadi alat musik merdu.
Bagi pensiunan PNS ini, memainkan alat musik dengan menggunakan media seperti gitar, saxophone, piano dan lainnya sudah menjadi hal biasa. Oleh karena itu, Cak Kandar memilih daun untuk menciptakan harmoni yang mengalun di sela-sela aktivitasnya sebagai seniman jalanan.
Pria yang pernah mengajar Kesenian di SMA Negeri Tumpang ini biasa ‘mangkal’ di Taman Trunojoyo Malang, depan Stasiun Malang Kotabaru. Dari instrumen musik yang disebutnya Musik Daun itu, Cak Kandar berhasil menghasilkan beberapa irama lagu, mulai dari tembang kenangan lokal, mancanegara, hingga lagu-lagu nasional dan era perjuangan. Sebut saja ‘Hey Jude’ milik band legendaris, The Beatles, atau ‘Hati yang Luka’-nya Hetty Koes Endang.
Melalui daun yang menempel di sela-sela kedua bibirnya, pria berpenampilan nyentrik ini mampu ‘menghipnotis’ penonton. Cak Kandar sukses menyulap daun yang ditiupnya menjadi nada sebuah trumpet soprano. Bahkan, beberapa orang yang sempat tak percaya bahwa itu hanyalah irama musik daun akhirnya mendekat untuk memastikan benda apa yang ada di mulutnya.
“Jika Kenny G menggunakan Saxophone, saya menggunakan lembaran daun ini. Media ini sudah saya gunakan sejak 5 tahun belakangan dan saya sebut sebagai Musik Daun,” ujar Cak Kandar.
Pria bergelar drs itu mengaku tak malu meski harus mengamen dari satu tempat ke tempat lain di Kota Malang. Menurutnya, dengan aktivitasnya itu, ia bisa memperkenalkan alat musik ciptaannya serta memberikan hiburan kepada masyarakat. Selain itu, di sebuah momen menjelang HUT Kemerdekaan RI yang ke-70, 2015 kemarin, dengan musik daunnya, Cak Kandar mengingatkan masyarakat dengan lagu-lagu nasional yang sudah mulai terlupakan, terutama oleh generasi muda Indonesia.
Sehari-hari, dari musik daunnya, alumni Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Malang (UM) ini mengaku mendapatkan uang hingga 200 ribu rupiah. Namun baginya, banyaknya keping dan lembaran uang yang dijatuhkan orang-orang untuknya bukanlah motivasi utama. Melalui musik daun, Cak Kandar mengaku hanya ingin memberikan apresiasi terhadap dunia seni yang sudah digelutinya selama bertahun-tahun.
“Saya tidak malu ngamen, tidak peduli orang bilang apa. Saat ngamen, saya tidak hanya pentas terus pergi setelah dikasih uang. Saya juga ngobrol-ngobrol, banyak berkenalan dengan orang,” tegasnya.