
PLTA ini beroperasi dengan memanfaatkan air waduk yang bersumber dari mata air Gunung Anjasmoro, Gunung Argowayan, serta aliran sungai Konto. Istimewa/Agus Trimukti/Humas PLN/detikFoto.
Pembangkit Listrik Tenaga Air Selorejo atau PLTA Selorejo adalah pembangkit yang ada di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang. Agak berbeda dengan PLTA Mendalan dan PLTA Siman yang dibuat Belanda, PLTA ini adalah karya anak Indonesia.

PLTA Selorejo ini menggunakan aliran Sungai Konto, sumber air Gunung Anjasmoro dan sumber air Gunung Argowayan yang dibendung sebagai sumber energinya. Sehingga bisa dikatakan jika Bendungan itu adalah Bendungan buatan yang konon dulu pembuatannya memakan kampung kecil yang bernama Selorejo. Selain Selorejo, beberapa kampung juga turut ditenggelamkan di masa itu.

Proses pembangunan PLTA sendiri seiring dengan dibendungnya Sungai Konto pada tahun 1963, proyek pembangunan adalah salah satu rancangan pemerintah yang bernama PELITA (Pembangunan Lima Tahun) di masa Presiden Suharto.
Bendungan yang dibangun hampir bersamaan dengan Bendungan Karangkates ini dilakukan oleh dua instansi secara bertahap. Pada tahun 1963 dibangun oleh PN Waskita Raya dibawah naungan Direktorat Pengairan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik dengan supervisi dari Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur. Kemudian di tahun 1965 pembangunan dilanjutkan oleh Badan Penyelenggara Proyek Induk Serbaguna Brantas (BAPPRO BRANTAS).

Pembangunan Bendungan sendiri baru selesai pada 1970, kemudian untuk PLTA Selorejo baru pada 1972 dan diresmikan oleh menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) saat itu, Ir. Sutami. pada 23 Juli 1973.

Aliran Listrik yang dihasilkan dari PLTA Selorejo dikirim melalui Jaringan transmisi 70 kV dengan kapasitas 4,5 Mega Watt digunakan untuk memenuhi kebutuhan kelistrikan daerah Malang.
