Maret 24, 2023
?>
Artefak ditemukan di Kelurahan Bakalankrajan (C) MALANG-POST

Artefak ditemukan di Kelurahan Bakalankrajan (C) MALANG-POST

Sebuah penelitian menduga wilayah RW 01 Kelurahan Bakalankrajan, Kecamatan Sukun sebagai suatu kawasan desa kuno. Pasalnya, di daerah tersebut ditemukan beberapa bukti sejarah.

Penelitian tersebut dilakukan oleh seorang dosen Sejarah IKIP Budi Utomo, Suwardono, sejak bertahun-tahun lalu. Hasil penelitian itupun akhirnya diungkapkannya pada tahun 2013.

Di kawasan RW 01 itu, Suwardono menemukan sejumlah benda cagar budaya. Bahkan, di antaranya ada struktur Candi Batur untuk pemujaan. Bersama timnya, Suwardono juga menemukan empat buah batu candi di halaman rumah warga RT 08 RW 01, Rabu (17/4/2013).

“Jadi yang ditemukan disini adalah dolmen (meja), yoni, lumpang, umpak dan struktur batu, serta Candi Batur,” ujarnya, seperti dikutip Malang Post.

Kawasan tempat ditemukannya benda-benda kuno itu diduga merupakan sebuah situs hunian dan pemujaan pada zaman Majapahit. Sementara itu, untuk lumpang maupun dolmen merupakan peninggalan zaman prasejarah. Masih menurut hasil penelitian Suwardono, kedua benda itu diduga sering dimanfaatkan masyarakat zaman Majapahit untuk kegiatan sehari-hari.

“Adapun candi tanpa atap atau Candi Batur menjadi penanda desa kuno,” imbuhnya.

Penyataan Suwandiro bukannya tanpa sebab. Sekitar 250 meter dari situs, terdapat desa kuno bernama Peniwen yang masuk wilayah Desa Sidorahayu, Kecamatan Wagir. Nama Peniwen sendiri memang tercatat dalam prasasti Pamotoh (tahun 1198 Masehi), tepatnya pada jaman Kerajaan Kadiri.

“Sebagai desa induk, Peniwen justru namanya diganti nama baru seperti Bakalankrajan dan Sido Rahayu,” jelasnya.

Dugaan desa kuno juga didapat Suwandiro dari keterangan Prasasti Turyan (tahun 929 Masehi). Dalam prasasti itu disebutkan nama wanua (desa) Gurung-gurung, yang saat ini berganti nama menjadi dusun Urung-urung. Dusun tersebut berada di sebelah timur situs RW 01 yang diteliti oleh Suwandiro.

Dugaan bahwa kawasan Bakalankrajan merupakan desa kuno juga diperkuat dengan ditemukannya artefak atau benda sejarah buatan manusia yang mudah dibawa, di antaranya adalah lumpang kecil.

“Dolmen dengan batu berwarna hitam menjadi simbol kesuburan, sedangkan yoni warna kuning adalah simbol kesejahteraan,” terangnya.

Suwardono mengaku puas, karena warga RW 01 cukup kooperatif dalam penelitiannya. Ia pun berterimakasih karena warga turut menjaga benda-benda cagar budaya itu. Harapannya, dinas terkait juga turun tangan untuk melakukan pendataan benda-benda penting tersebut. Terlebih, benda-benda itu sudah cukup lama ditemukan di kawasan tersebut.

“Pertama kali yoni ditemukan Pak Sumantri tahun 1993, kemudian pada tahun 2011 ditemukan dolmen,” terang Ketua RW 01, Endro Sariatmoko.

?>