Maret 27, 2023
?>
Anak FT UB ciptakan pohon elektrik untuk mengatasi masalah polusi udara (C) KLIKAPA.COM

Anak FT UB ciptakan pohon elektrik untuk mengatasi masalah polusi udara (C) KLIKAPA.COM

Mahasiswa Fakultas Teknik (FT) Universitas Brawijaya Malang menciptakan pohon elektrik yang berfungsi menyerap polusi udara. Pohon elektrik ini masih berupa prototype bertenaga surya yang menggunakan komponen tambahan dari silica aerogel.

Makin tingginya intensitas polusi udara, khususnya di Kota Malang, mengundang keperihatinan anak-anak FT UB. Hal ini yang melatarbelakangi mereka membuat pohon elektrik yang mampu menghisap gas CO2 dan CO di udara bebas.

Menurut tim yang terdiri dari Muhammad Fatahillah, Hasan, Rosihan Arby Harahap, Lutfiyatul Maftukhah dan Hafiz Tandiyanto Putra, hasil rekayasa teknik ini disebutkan sangat efisien karena menggunakan tenaga surya dan komponen tambahan dari silica aerogel. Prinsip kerjanya terdiri dari dua sistem. Pertama adalah sistem fotosintesis untuk menghasilkan energi listrik secara mandiri. Sistem yang kedua adalah respirasi yang fungsinya menghisap CO2 dan CO sebagai penyebab polusi.

Dilansir dari Klikapa.com, sang ketua tim, Fatahillah, menjelaskan bahwa sistem fotosintesis terdiri dari panel surya yang berfungsi mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Energi listrik ini yang akhirnya digunakan untuk memberikan tenaga kepada perangkat. Alat ini menghasilkan daya sebesar kurang lebih 30 Watt. Pohon ini juga dilengkapi dengan lampu sebagai penerangan di waktu malam hari.

Sementara itu, menurut Mahasiswa Teknik Elektro ini, untuk sistem respirasi, alat tersebut terdiri dari silica aerogel berbentuk granul sebagai media absorbsinya. Fungsinya untuk menyerap dan mengendapkan CO2 ataupun polusi udara lainnya, sekaligus membiarkan udara bersih bebas keluar melewatinya.

Salah satu anggota tim bernama Hafiz menambahkan, silica aerogel menjadi kelebihan pohon elektrik ini karena memiliki daya serap yang lebih besar dibandingkan dengan zat lain yang mempunyai fungsi serupa seperti karbon aktif dan zeolit. Silica aerogel mampu melakukan penyerapan hingga 1,2 gCO2/gadsorbent. Menurut mahasiswa Teknik Kimia ini, kelebihan lainnya adalah, ketika silica aerogel telah menyerap CO2 sampai titik jenuh, maka pengguna hanya perlu memanaskannya, dan siap dipergunakan kembali.

Proyek ini sedang dikembangkan dengan menambah tracking sistem. Dengan tambahan sistem itu, alat ini akan semakin sempurna. Tracking Sistem akan membuat energi yang ditangkap dari sinar matahari dapat diolah menjadi lebih efektif. Menurut Hasan, ketika pagi hari, tracking akan menghadap ke arah timur lalu mengikuti ke mana perginya matahari hingga sore hari. Selanjutnya, ketika sore tiba, tracking akan menghadap lurus ke atas. Pada posisi ini, lampu akan menyala selama satu malam penuh.

?>