
Ada pemandangan menarik ketika Presiden Joko Widodo mengumumkan reshuffle kebinet beberapa hari yang lalu. Dari sejumlah nama ada Muhadjir Effendy, sosok yang sudah cukup terkenal di Malang Raya.
Oleh Presiden Jokowi, Muhadjir diberi amanat untuk mengemban jabatan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Malang. Sosok yang dikenal sebagai mantan rektor Universitas Negeri Malang ini didapuk untuk menggantikan Anis Baswedan.
Muhadjir lahir di Madiun 29 Juli 1956. Ia merupakan putra keenam dari sembilan bersaudara pasangan Soeroja dan Sri Soebita. Ayahnya adalah seorang guru madrasah yang juga aktif berorganisasi. Dengan latar belakang itu, tak heran Muhadjir turut berkiprah di bidang pendidikan dengan menjadi dosen di Universitas Negeri Malang.
Muhadjir adalah guru besar di bidang Sosiologi, dirinya menjabat rektor UMM dari 2010 hingga 2016 lalu. Setelah itu, dirinya hijrah ke Jakarta untuk menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Pendidikan dan Kebudayaan.
Di UMM, Muhadjir dikenal sebagai pejuang pendidikan yang suka bekerja keras. Laman resmi UMM menjelaskan jika dirinya punya penguasaan konsep sekaligus lapangannya sangat kuat. Ini terlihat dari sebagian besar waktunya yang didedikasikan untuk mengangkat derajat dan harkat kemanusiaan melalui pendidikan. Kesan ini semakin kuat ketika ia pada posisi sebagai Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang membidangi pendidikan, penelitian, kebudayaan, pemuda dan olahraga. Muhadjir masuk dalam jajaran PP Muhammadiyah hasil Muktamar Muhammadiyah di Makasar setahun lalu.

Sosok Muhadjir juga dikenal sebagai pengamat militer, hal ini tidak lepas dari desertasinya di Doktoral dia yang ditempuh di Univesitas Airlangga Surabaya yang berjudul ‘Pemahaman Tentang Profesionalisme Militer di tingkat Elit TNI-AD’. Sebuah pemahaman yang nantinya bisa jadi cukup berpengaruh untuk menentukan kualitas pendidikan dan kebudayaan Indonesia.
Selain malang melintang di sejumlah kampus seperti IKIP Malang, UGM Yogyakarta, IAIN Malang, hingga UNAIR, dirinya juga pernah menempuh pendidikan pendek di luar negeri. Tepatnya di Regional Security and Defence Policy, National Defence University, Washington D.C., USA, 1993. Kemudian pendidikan pendek di Management for Higher Education, Victoria University, British Columbia, Canada, 1991.
Dikutip Tempo, sebagai seorang pendidik, bekas Ketua Bidang Cendekiawan DPD Partai Golongan Karya Malang pada 1984 ini pernah meminta pemerintah memberi sikap terkait dengan International People Tribunal peristiwa 1965. “Direspons saja secara resmi, mengatakan menolak seluruhnya. Jangan tidak resmi, karena bisa dianggap mengabaikan,” ujar Muhadjir kepadaTempo.
Sebagai rektor, dirinya juga menerbitkan sejumlah buku, seperti Seperti Menyaksikan Dahlan Muda, Menata Kualitas Pendidikan Muhammadiyah, Muhammadiyah dan Pendidikan di Indonesia, Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah: Di Tengah Persaingan Nasional dan Global, Jati Diri dan Profesi TNI: Studi Fenomenologi, serta Profesionalisme Militer: Profesionalisasi TNI, Pedagogi Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Multidimensional dan lain-lain.
Pendidikan
1978: Sarjana muda dari Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Malang
1982: Sarjana pendidikan sosial Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang
1996: Magister administrasi publik Universitas Gadjah Mada
– : Program Doktor Ilmu Sosial Pascasarjana Universitas Airlangga
Karier
2015-sekarang: Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah
2000-2016: Rektor Universitas Muhammadiyah Malang
2000-2010: Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
1996-2000: Pembantu Rektor I Universitas Muhammadiyah Malang
1984-1996: Pembantu Rektor III Universitas Muhammadiyah Malang
1984-1989: Ketua Bidang Cendekiawan DPD Golkar Malang
1986-sekarang: dosen tetap IKIP Malang