
Gunung Panderman menyajikan pemandangan yang indah bagi Kota Batu.
Siapa tak kenal Swiss van Java ini. Ya, kota Batu, kota yang memiliki banyak pesona pariwisata ini memang menyimpan banyak cerita. Salah satunya asal usul namanya sendiri, Batu.
Memang ada banyak versi yang mengemukakan asal-usul nama kota wisata ini. Namun, kali ini akan dibahas mengenai salah satu dari beragam versi tersebut.
Ada versi yang menyebutkan bahwa nama Batu diambil dari nama seorang ulama pengikut pangeran Diponegoro bernama Abu Ghonaim alias Kyai Gubug Angin alias mbah Wastu. Panggilan mbah Wastu yang menurut orang Jawa terlalu panjang, maka disingkat menjadi mbah Tu untuk memudahkan dalam memanggil. Dari panggilan mbah Tu, lama-lama menjadi mbatu atau Batu yang kini digunakan sebagai salah satu nama kota di Jawa Timur.
Pemuka masyarakat yang memulai babat alas Batu ini berasal dari Jawa Tengah. Lalu beliau hijrah ke kaki gunung Panderman untuk menghindari pengejaran dan penangkapan dari serdadu Belanda terhadap semua pengikut-pengikut pangeran Diponegoro setelah Belanda dengan licik dan tipu muslihatnya berpura-pura mengajak berunding pangeran Diponegoro.
Dengan kehidupan di daerah hijrahnya tersebut, ia berbagi dengan masyarakat disana mengenai pengetahuan, agama dan ajaran selama menjadi pengikut pangeran Diponegoro. Sehingga akhirnya banyak masyarakat yang berdatangan dan menetap untuk berguru padanya.
Dari daerah kecil di kaki gunung Panderman, lama-kelamaan masyarakat yang berasal dari berbagai daerah tersebut hidup berkelompok di daerah-daerah sekitar kaki gunung. Dimana kemudian daerah-daerah tersebut menjadi daerah yang besar.
Itulah salah satu versi yang berkembang mengenai asal usul nama Batu. Meskipun pada sebelum abad XVIII-XIX daerah Batu sudah menjadi pemukiman warga pada masa prasejarah hingga masa Hindu-Budha.
Sumber : ratkirani-ku.blogspot.co.id/2012/01/tentang-sejarah-kota-batu.html?m=1