
Pemukiman atau perumahan penduduk menjadi hal yang sangat penting bagi warga Belanda di Malang. Keadaan itu menarik minat sejumlah kontraktor untuk membangun sebuah perumahan untuk warga Belanda.
Di masa pemerintahan Kolonial Belanda, permukiman penduduk dan tata kota memang sudah diatur sedemikian rupa sehingga rumah peruntukan untuk warga Belanda yang bekerja di kebun-kebun milik Pemerintah sudah ada terutama di kawasan Jalan Ijen Malang.
Di sebuah surat kabar De Indische Courant pada 6 September 1934 (yang dikliping oleh laman facebook Kabar Malang) ada sebuah iklan perumahan untuk warga Belanda. Perumahan itu dibuat oleh arsitek Smits-Koper & Hoogerbeets. Lokasinya berdekatan dengan Jalan Ijen.
Malang’s Fraaiste Woonwijk
Weet U Reeds
dat wij U in de omgeving van de nieuwe Cathedraal en nieuwe Zusterschool aan en bij den Idjen Boulevard, het mooiste gedeelte van Malang, op een tot nog toe ongekende wijze aan een Eigen Huis kunnen helpen, Uw maandelijksche huur is de afbetaling van de koopsom op rentebasis van 6% Instede van slechts engkele weken vancantie in de bergen, vestigt U zich thans te Malang, voor Soerabaianen geen bezwaar meer, daar de treinverbinding slechts een tijdsduur van 5 kwartier vraagt Spoortarieven zijn thans zeer verlaagd. Vrouw en kinderen kunnen boortdurend in het koele klimaat verblijven Gij kent de gunstige resultaten van den scholen te Malang
Begitu bunyi iklan koran tersebut yang kurang lebih artinya
Hunian terbaik di Malang,
Apakah Anda Sudah
yang kami temukan di sekitar daerah gereja dan sekolah suster dan dekat dengan Ijen Boulevard. Lokasi terbaik di Malang untuk membantu privasi Anda. Pembelian bisa dilakukan dengan pembayaran cicilan dengan bunga 6 persen.
Kini, jika Anda menghabiskan akhir pekan di daerah pegunungan tidak akan keberatan lagi karena perumahan ini hanya berjarak lima menit dari stasiun. Tentu ini akan disukai oleh keluarga Anda.
Di iklan tersebut juga ditayangkan harganya, mulai dari 6000 gulden (Rp39 juta) hingga 13.000 gulden (Rp85 juta). Harga tersebut tentu saja sangat mahal untuk ukuran orang Indonesia pada masa itu, dan menjadi murah bagi warga Belanda.
Sementara lokasinya saat ini masih belum diketahui, bisa jadi terdapat di Jalan Gunung-gunungan yang ada di Malang. Yang jelas kantor untuk pembelian rumah tersebut berada di Lowokwaru nomor 33 dengan telepon 301.