Maret 26, 2023
?>
Menginjakkan Kaki di Keraton Gunung Kawi (C) JELAJAH MALANGKU

Menginjakkan Kaki di Keraton Gunung Kawi (C) JELAJAH MALANGKU

Kawasan Gunung Kawi terkenal sebagai tujuan wisata spiritual di Jawa Timur. Setiap tahunnya ribuan wisatawan datang ke tempat ini untuk melakukan ziarah. Salah satu tempat yang tenar di kawasan ini tentu adalah Keraton Gunung Kawi.

Keraton ini menjadi lokasi yang sering dikunjungi wisatawan selain Pasarean Eyang Jugo. Dari pasarean itu, lokasi Keraton Gunung Kawi masih sekitar tiga kilometer lagi ke arah atas. Untuk naik ke lokasi yang lebih tinggi ini, Anda memerlukan waktu sekitar setengah jam dari Pasarean Eyang Jugo.

Keraton Gunung Kawi sendiri merupakan tempat wisata religius yang di dalamnya terdapat tiga lokasi, yaitu Vihara Dewi Kwan Im, Sanggar Pamujaan dan tempat pamuksaan Prabu Kameswara I. Konon, menurut sebagian orang, komplek Keraton Gunung Kawi ini dipercaya sebagai tempat yang manjur untuk ngalap (mencari) berkah.

Pembangunan Keraton Gunung Kawi dikelola oleh juru kunci setempat. Sumber dananya tentu dari sumbangan dari para pengunjung. Mereka yang mendatangi keraton yang terletak di tengah hutan pinus yang segar ini rata-rata berasal dari sekitar Kota Malang, bahkan ada juga yang berasal dari Jawa Tengah. Masyarakat sekitar biasanya berkunjung ke keraton ini tiap malam Jumat untuk melakukan ritual.

Pengunjungnya didominasi oleh etnis Tionghoa yang datang berkunjung ke Vihara Dewi Kwan Im. Klenteng itu letaknya berdampingan dengan pura yang berada di kawasan hutan yang asri. Di waktu-waktu tertentu, seperti hari Kamis Legi, Jumat Kliwon dan malam tangga 1 Suro, bisa dipastikan kunjungan masyarakat dan wisatawan ke Keraton Gunung Kawi mencapai puncaknya.

Banyak fasilitas yang bisa dimanfaatkan pengunjung di sekitar area ini. Mulai dari listrik, kamar mandi, area parkir, areal outbond, jalur extreme untuk motocross, dan warung makan.

Menurut salah seorang juru kuncinya, situs Keraton Gunung Kawi ini sudah ada sejak tahun 861 Saka dan tercantum dalam sebuah prasasti di Puncak Batutulis, Gunung Kawi. Saat itu rajanya yaitu Mpu Sindok, seorang keturunan Dinasti Sailendra yang hijrah ke Jawa Timur. Kini petilasan peninggalan Mpu Sindok ini dijadikan tempat pemujaan (pura) dan diberi nama Sanggar Pamujaan Keraton Gunung Kawi. Uniknya, tempat pertapaan tersebut dibangun dengan menanam lima pohon beringin jawa dengan batu gunung besar di tengahnya. Konon, tempat ini juga merupakan tempat pertapaan Prabu Sri Kameswara dari Kerajaan Kediri pada abad XII. Saat menghadapi kemelut politik kerajaan, Prabu Kameswara bertapa di tempat ini. Setelah bertapa, diyakini sang Prabu berhasil menyelesaikan kekacauan politik di kerajaannya. Setelah mengundurkan diri dari pemerintahan, akhirnya Kameswara menyepi dan menjadi pertapa di Gunung Kawi ini. Di dalamnya selain terdapat beberapa buah arca, ada pula lubang untuk melakukan tapa pendem alias bertapa dalam tanah.

Di lokasi ini juga ada Pura Agung Gunung Kawi, yang di dalamnya terdapat sebuah pohon beringin tua yang kelima akarnya menjulang ke atas, dan menyatu pada ketinggian sekitar 1,5 meter. Sayang, kondisi pohon tersebut, saat ini sudah mati dan tumbang, sehingga hanya tersisa akarnya yang unik itu saja yang bisa dinikmati. Selain itu, di kawasan ini ada pula beberapa makam, salah satunya Makam Eyang Jayadi dan Eyang Menik yang sempat mengalami pemugaran pada Januari 2010. Konon, keduanya merupakan pengurus bagian pertamanan dan perkebunan pada jaman Raja Kameswara I. Di bagian bawahnya terdapat makam juru kunci pertama Keraton Gunung Kawi, yakni Eyang Subroto, Eyang Djoyo, dan Eyang Hamit. Tak ketinggalan, di sekitar kraton juga terdapat rumah padepokan Eyang Sujo, Guci Kuno dan Pohon Dewandaru sebagai tempat yang dikeramatkan.

Pada jaman perjuangan, tempat ini juga sering dipergunakan sebagai tempat untuk menyucikan diri dan menenangkan hati. Konon beberapa tokoh kemerdekaan, seperti Bung Karno dan Shodancho Supriyadi pernah berkunjung ke tempat ini. Seiring perkembangan zaman, masyarakat sering mendatangi tempat ini untuk memanjatkan doa. Setelah masa perang kemerdekaan, Keraton Gunung Kawi berkembang pesat dan menjadi tempat favorit yang biasa dikunjungi golongan etnis Tionghoa. Namun, pada tahun 1965 tempat ini sempat ditutup dan bangunannya dirobohkan, karena diduga menjadi tempat persembunyian anggota PKI. Pada tahun 1974 lokasi ini dibangun dan dibuka lagi oleh pemerintah. Sampai tahun 1978, bangunan di keraton ini masih sangat sederhana, sampai akhirnya pada tahun 1978-1980 lokasi ini mulai dipugar. Bahkan, pada tahun 1993 mulai dilakukan pembangunan secara menyeluruh di lingkungan bangunan keraton. Mulai dari bangunan hingga akses jalan rayanya. Sayang, pada tahun 2002 terjadi kebakaran di salah satu bagian, sehingga bangunan tersebut rata dengan tanah.

Secara administratif, Keraton Gunung Kawi terletak di Dusun Gendogo, Desa Balesari, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang. Lokasinya berada tepat di kaki Gunung Kawi dan di tengah-tengah kesejukan hutan pinus yang dikelola Perhutani. Secara pengelolaan hutan terletak di petak 175e, RPH Gendogo, BKPH Kepanjen, KPH Malang dengan luas baku 1,3 ha. Keraton ini berada di ketinggian 1.115 mdpl dengan suhu 22 hingga 24 derajat Celsius dengan topografi landai dan curah hujan rata-rata 1.300 mm/tahun. Dari Kota Malang, jaraknya sekitar 32 kilometer.

Untuk mencapainya, dari Kota Malang bisa melalui dua jalur, yaitu melewati Wagir atau Sukun. Biasanya pengunjung melewati Wagir karena jarak tempuhnya yang lebih pendek. Panorama di sepanjang jalan menuju Gunung Kawi juga terbilang indah. Namun, tetap waspada, karena di beberapa bagian ruas jalannya agak rusak dengan lubang-lubang di mana-mana.

?>