
Jalan-jalan ke Museum Dirgantara (C) TEMPO
Berwisata ke museum bisa menjadi pilihan untuk mengisi hari libur di akhir pekan. Museum Dirgantara di kawasan Lanud Abdurrachman Saleh merupakan pilihan destinasi wisata yang tepat, terutama buat Anda yang doyan berbagai informasi menarik tentang dunia penerbangan.
Museum Dirgantara yang merupakan bagian dari Wisata Dirgantara ini diresmikan oleh Komandan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang, Marsekal Pertama (Marsma) TNI Gutomo, pada tanggal 8 Mei 2013, beberapa bulan setelah dibangun. Museum ini didirikan dengan nama resmi Museum Dirgantara “A. Sulaksono”. Museum ini berada di kompleks Pangkalan TNI AU Lanud Abdurrachman Saleh, tepatnya di seberang Stadion Dirgantara. Letak museum ini tidak jauh dari pintu masuk utama Lanud Abdulrachman Saleh, yakni sekitar 200 meter.
Pembangunan museum ini digagas oleh para perwira di Lanud Abdurrachman Saleh. Awalnya, Lanud yang memiliki tiga skadron, yaitu Skuadron Udara 21, Skuadron 4, dan Skuadron Pemeliharaan 32 ini telah mempunyai ruang sejarah masing-masing, sementara belum ada induknya. Berdasarkan hal tersebut, maka didirikanlah Museum Dirgantara ini.
Nama “A. Sulaksono” sendiri diberikan sebagai nama museum ini untuk mengenang dan memberikan penghargaan kepada Almarhum Marsma TNI Anumerta Albertus Sulaksono, yang gugur dalam pelaksanaan tugas dengan menggunakan pesawat Cassa A-2106. Pesawat yang diterbangkannya itu jatuh di Gunung Salak, Bogor, pada tanggal 26 Juni 2008 silam.
Di depan Museum Dirgantara, pengunjung akan disambut sebuah pesawat Cesna yang telah dimodifikasi dengan karakter Angry Bird. Anak-anak yang berkunjung ke museum ini tentu akan tertarik melihatnya. Di bagian depan museum ada pula dua air gun yang sudah dicat warna warni.
Begitu memasuki museum, Anda akan langsung disuguhi jejeran foto-foto tempo dulu dan hasil dokumentasi TNI AU Malang. Menengok ke sebelah kiri (barat), Anda akan disambut oleh boneka manekin pilot yang mengenakan baju pilot berwarna oranye lengkap dengan helm pilot, masker udara dan peralatan pilot jet tempur. Sementara itu, di sisi sebelah timur berisi replika-replika koleksi pesawat di Pangkalan Lanud Abdurrachman Saleh Malang.
Museum Dirgantara terdiri dari delapan ruangan. Mulai dari ruang untuk Skadron 4, Skadron 32, Skadron 21, Skadron Teknik (Skatek), Batalyon Komando Paskhas 464, ruang Polisi Militer (POM) TNI AU, stand Rumah Sakit dr. Munir dan Lanud Abdulrachman Saleh. Pertama, pengunjung akan diarahkan ke stand Skadron 32. Stand ini sangat menarik bagi para pengunjung, karena di depan stand terdapat beberapa miniatur pesawat yang ukurannya cukup besar. Biasanya, pengunjung yang umumnya para pelajar menyempatkan diri memotret atau berselfie di sebelah miniatur tersebut. Namun, Anda harus tetap berhati-hati agar tidak menyentuh, apalagi sampai menjatuhkannya.
Selanjutnya, Anda bisa masuk ke stand Skadron 32. Di stand ini ada berbagai replika pesawat yang pernah dipakai di Lanud Abdurrachman Saleh. Antara lain, ada pesawat Hercules yang terdiri dari dua jenis, yaitu jenis Long dan satu lagi jenis Short. Jenis Long berada di Lanud Halim Perdanakusuma, sedangkan yang Short bermarkas Skadron Udara 32 yang ada di Lanud Abdurrachman Di Pangkalan TNI AU ini, pesawat buatan tahun 1956 tersebut tinggal delapan unit, dan hebatnya semua masih bisa dioperasikan dengan baik. Di stand ini, pengunjung juga bisa melihat berbagai dokumen, serta foto-foto pesawat Hercules saat bergabung dalam berbagai operasi. Bahkan, di sini pengunjung juga bisa melihat profil Komandan Skadron 32 dari masa ke masa yang disajikan.
Setelah itu, silakan masuk ke stand Skadron 4. Di sini, tampilan stand lebih sederhana. Anda hanya bisa melihat miniatur pesawat dan profil komandan skadron dari masa ke masa saja. Ada pula film dokumenter keterlibatan pesawat tersebut dalam berbagai operasi.
Berlanjut ke ruang berikutnya, pengunjung akan dibawa ke stand Skadron Udara 21. Di sini, Anda lebih dulu diperlihatkan sebuah mesin pesawat tempur taktis jenis OV-10 Bronco yang ukurannya sangat besar. Semula, Skadron 21 menjadi home base pesawat jenis Mustang, namun kemudian skadron ini digunakan sebagai base camp pesawat taktis jenis Bronco, dan sejak 2013 lalu menjadi home base pesawat jenis Super Tucano. Dua pesawat sebelumnya telah dipensiunkan oleh Mabes TNI AU, karena dinyatakan sudah tidak layak terbang.
Dari sekian stand yang ada, mungkin Anda akan lebih antusias saat memasuki stand Rumah Sakit dr Munir. Di tempat ini, Anda dapat melihat berbagai peralatan medis yang berhubungan dengan dunia penerbangan. Salah satunya adalah adanya sebuah kursi yang digunakan sebagai alat tes untuk personel yang akan masuk penerbangan. Alat ini dikenal sebagai Barrany Chair atau kursi berpusing. Selain itu, pengunjung stand ini juga bisa melihat alat tes ketajaman mata dan alat tes ketajaman pendengaran. Dua alat ini sengaja dipamerkan di museum agar pengunjung lebih memahami, bahwa dibutuhkan kepekaan terhadap panca indera jika mereka akan masuk menjadi anggota TNI AU.
Terakhir, stand yang bisa dikunjungi adalah stand POM AU. Di sini dipamerkan berbagai alat sidik jari, mulai yang berbentuk lawas hingga yang terbaru. Jika Anda penasaran dengan pengoperasiannya dapat langsung meletakkan tangan di papan tersebut. Setelah puas belajar di Museum Dirgantara dengan gratis atau tanpa biaya, biasanya para pengunjung akan dibawa ke Skadron Teknik (Skatek) 022.
Museum ini terbuka untuk umum, siapa saja boleh berkunjung, asal melayangkan surat lebih dulu kepada Danlanud melalui Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Abdurrachman Saleh dulu. Museum Dirgantara buka setiap hari kerja yaitu dari hari Senin hingga Jumat mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Meski demikian, setiap Minggu dan hari-hari libur lainnya museum ini dapat dikunjungi asal ada pemberitahuan dan perizinan lebih dulu.
Info Museum Dirgantara:
Penerangan dan Perpustakaan (Pentak) Lanud Abdulrachman Saleh
Telp. 0341-401101, 401102