Maret 24, 2023
?>

Hamid Roesdi dan patung Hamid Roesdi di taman Simpang Balapan via boombastis.com

Hamid Roesdi adalah sosok pahlawan asal Malang yang namanya cukup melegenda. Dirinya adalah pejuang yang sangat gigih yang ingin mempertahankan Malang dari cengkeraman Belanda, utamanya saat terjadi agresi militer Belanda.

Kematian Hamid Roesdi sendiri sangat tragis karena dirinya ditembak dengan tembakan jarak dekat. Tidak bisa memberikan perlawanan karena kondisi tubuhnya yang dirantai. Dari penelusuran yang dilakukan oleh Radar Malang, berikut ini adalah kisahnya.

Setelah perjanjian Renville, wilayah Indonesia secara sepihak dibagi dengan Belanda melalui garis demarkasi yang salah satu tandanya ada di wilayah Pujon. Garis itu melebar hingga daerah Malang bagian selatan dengan wilayah ekonomis seperti perkebunan dikuasai oleh Belanda. Meskipun ada garis, pejuang Indonesia secara gerilya terus melakukan perlawanan kepada tentara Belanda.

Wilayah Indonesia (merah) terlihat Malang menjadi dua bagian
Wilayah Indonesia (merah) terlihat Malang menjadi dua bagian

Perbedaan penafsiran tentang garis dan ketidaknyamanan Belanda yang terus mendapatkan perlawanan akhirnya membuat perang edisi kedua atau agresi militer kedua terjadi. Di Malang perang yang berkecamuk tidak kalah hebatnya dengan daerah lain. Bahkan konon seperti yang diceritakan oleh buku harian suster Zu Wiet, dikatakan jika Malang berjuang sendirian!.

Suatu malam di tahun 1949, pergerakan para gerilyawan di Malang sudah mulai tercium oleh Belanda yang menyebarkan puluhan mata-mata yang rutin memberikan laporan. Hamid Roesdi yang terbaung dalam Komando Mobil Gerilya I bersama Letda Ismail Efendi, Abdul Radjak (adik kandung Hamid Roesdi), Kopral Sukarman, dan Sarijan (sopir) bergerak sekitar pukul 19.00 menuju Desa Wonokoyo, Buring, Kedungkandang. Tujuannya saat itu ingin mendekat ke kota yang telah dikuasai Belanda.

Sebelum sampai Wonokoyo, Hamid Roesdi sudah diadang oleh sekelompok pasukan dan berhasil lepas dan bergerak ke daerah Singosari. Sayang, tekanan dari Belanda membuat pasukan Hamid Roesdi kocar kacir. Kekuatan mereka berkurang drastis karena terpencar kemana-mana.

Di Singosari sendiri, Belanda terus mengejar dengan kekuatan tempur lengkap. Beberapa pejuang gugur dan Hamid Roesdi bersama dua rekannya yang disebut sebagai Gandi Utomo dan Imam Supardi bersembunyi di balik pepohonan yang dekat sekitar dua meter dari tempat serdadu Belanda beristirahat. Dan mereka tidak ketahuan sehingga mampu selamat.

Setelah reda, pada 7 Maret 1949, Hamid Roesdi dan beberapa pasukannya akhirnya bergerak menuju ke Baran, Tajinan. Dari sana mereka berencana mengatur ulang strategi.

Akhirnya diputuskan pasukan gerilyawan dibagi dalam dua kelompok. Kelompok I yang disebut dengan Mobil Gerilya I tetap dipimpin Hamid Roesdi dengan pasukan Letda Ismail Efendi, Abdul Radjak (adik Hamid Roesdi), Kopral Sukarman, dan Sarijan (sopir). Sedangkan kelompok 2 disebut dengan SWK I yang terdiri dari Kapten Wakhman, Imam Supardi, Letda Gandi Utomo, dan prajurit Moch. Yasin.

Pasukan pimpinan Hamid Roesdi menyebar ke Desa Wonokoyo, Kedungkandang. Sedangkan tim pimpinan Kapten Wakhman bertahan di Desa Baran, Tajinan.

Di Wonokoyo, pasukan tersebut berbaur dengan penduduk dan mengincap di dua rumah milik warga. Di rumah pertama ditempati Hamid Roesdi, Letda Ismail, Abdul Razak, serta pemilik rumah yang terdiri dari bapak dan menantunya. Sedangkan di rumah sampingnya, tinggal Sarijan dan Kopral Sukarman.

Sayang, mata-mata Belanda berhasil mengetahui kejadian itu sehingga Belanda mengirimkan pasukan lengkap untuk menyergap anggota Hamid Roesdi bersama pasukannya. Akhirnya, menjelang dini hari ditangkaplah kelima penghuni rumah itu tanpa perlawanan.

Dalam satu ikatan yang kuat, kelimanya digiring ke sungai Wonokoyo dan langsung disergap dengan tembakan membabi buta. Sebuah kejadian yang menjadi akhir hidup pahlawan dari Malang.

Sang pahlawan pun kini dimakamkan di Desa Wonokoy, kemudian pada masa orde baru makam tersebut dipindahkan di Taman Makam Pahlawan Suropati di Jalan Veteran yang lokasinya ada di Blok C baris ke-74.

1 thought on “Heroisme Hamid Roesdi Berakhir Di Tengah Rantai Dan Tembakan!

Comments are closed.

?>