April 2, 2023
?>
Ekspedisi John Whitehead Menaklukkan Gunung Bromo (1880) (C) Tropenmuseum

Pengunjung Bromo dan pemandunya pada sekitar tahun 1890-1921 setelah ekspedisi John Whitehead (C) Tropenmuseum

Upaya ekspedisi menaklukkan Gunung Bromo, Jawa Timur ternyata sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Salah satu perjalanan yang terkenal dilakukan oleh John Whitehead di tahun 1880-an.

John Whitehead, seorang ornitologis berkebangsaan Inggris melakukan perjalanan pendakiannya dari pos perbukitan favorit orang Belanda, Tosari. Menurutnya, bagi para pengelana yang lebih senang bertualang, selalu ada gunung berapi aktif yang bisa dikunjungi. Gunung Bromo menjadi salah satu daerah yang menawarkan pemandangan yang paling spektakuler di antara deretan gunung di Pulau Jawa. Pada musim kemarau yang berlangsung dari April hingga November (berdasarkan cerita yang disampaikan oleh pengelana modern Bill Dalton kepada John), ada pemandangan matahari terbit “merah darah”.

Pada awal September Whitehead mulai melakukan perjalanan ditemani seorang pemuda Belanda menuju kawah Bromo. Setelah tiba di puncak tebing curam tempat Tosari berada, jalur kuda dimulai, membentang melintasi punggung pegunungan hingga cukup jauh, kemudian perlahan-lahan menurun menuju lembah yang ditumbuhi hutan pohon pinus Casuaria, menanjak lagi hingga mencapai ke bibir kawah. Setelah itu, dilanjutkan dengan menempuh jalan berkelok-kelok tajam melintasi padang pasir.

Diceritakan, mereka berangkat dari hotel pukul 05.30 pagi. Dengan menggunakan kuda poni Whitehead dkk perlahan-lahan mendaki tebing curam Tosari. Saat tiba di puncak tebing ini mereka bisa melihat pemandangan indah dari perbukitan dan lembah yang terbentang di kejauhan sana. Tetapi yang menjulang tinggi di atas semua ini adalah pemandangan paling indah dari seluruh Jawa, kerucut Gunung Smeroe (Semeru).

Puncak gunung berapi ini dulunya merupakan lahan gundul hingga jarak tertentu, sebelum terlihat kawasan perhutanan yang menyerupai sabuh bagi gunung tersebut, membentuk lingkaran hitam di sekeliling kerucut gunung yang berwarna kemerah-merahan. Setelah beberapa lama berdiri penuh harap, perlahan tapi pasti sebuah kepulan asap kecil membumbung tinggi dari mulut gunung yang berubah bertahap menjadi sebuah pilar asap bergelombang yang memiliki warna kemerahan. Pilar asap ini pelan-pelan naik dan dengan sendirinya membuat gelombang pilarnya menghilang, berputar pelan, menyebar dengan indah ke segala arah hingga lenyap tak berbekas. Kepulan ini semakin tinggi dan terus membesar hingga asap itu menjadi awan biasa yang akan tersebar oleh angin di tempat yang lebih tinggi dan jatuh kembali berbentuk debu halus ke daerah sekitar gunung ini. Namun, saat asap ini perlahan-lahan meninggi, pilar ini meninggalkan jurang kawah yang besar itu dengan kecepatan dan deru suara yang lebih dahsyat daripada yang sanggup dilukiskan dengan kata-kata, diiringi dengan jatuhnya bebatuan dan debu dalam jumlah besar ke dalam mulut kawah. Bebatuan dan debu ini bakal menutup rapat mulut kawah, namun nantinya dikeluarkan lagi saat tenaga uap yang sangat besar sudah terakumulasi.

Letusan indah ini terjadi setiap 15 menit sekali. Setelah berdiri cukup lama mengagumi keindahan pemandangan ini, rombongan Whitehead kembali berkuda menuju kawah Bromo yang terletak di sebelah kiri. Mereka melihat jejak merak jantan di jalur berkuda yang dilintasi. Salah satunya berhasil dipancing keluar, tapi merak itu berhasil melarikan diri sebelum mereka berhasil membidiknya.

Setelah beberapa mil, mereka tiba di tepi kawah tua Gunung Bromo. Dari lokasi yang strategis ini terbentang pemandangan yang terbilang sebagai pemandangan terindah di dunia. Seribu kaki di bawah lokasi ini terbentang padang pasir datar, yang dikelilingi oleh pegunungan abu vulkanik yang cukup tandus, memiliki alur dalam di seluruh permukaannya. Sejumlah kawah kecil yang tersebar sempat meletus, membuat tumpukan abu vulkanik yang sangat banyak. Salah satu gundukan ini, yang tingginya mencapai beberapa ratus kaki, berbentuk menyerupai panci masak besar bergalur di sekelilingnya dengan selokan yang dalam dan berjarak sama satu dengan yang lain. Kawah ini disebut Gunung Batok.

Warna alam yang unik menambah keajaiban pemandangan di kawasan ini. Dinding kawah memiliki warna abu-abu dengan gradasi yang berbeda-beda. Parut dalam di permukaan kawah ini tampak membiaskan warna biru hingga ungu tua secara bergantian dalam sinar matahari pagi. Saat itu suasana begitu cerah, sehingga perbedaan kecil di garis cakrawala pun dapat terlihat dengan jelas. Setelah menuruni lereng kawah yang terjal, Whitehead dkk menyeberangi padang pasir yang jarang ditumbuhi oleh rumput liar. Satu-satunya hewan yang terlihat saat itu adalah seekor burung Pipit (Anthus rufulus).

Setelah berkuda selama beberapa lama melintasi padang pasir, mereka tiba di kaki sebuah bukit panjang. Seluruh permukaannya tertutup oleh debu halus. Dulu lautan pasir ini merupakan kawah aktif Gunung Bromo. Namun, saat ini kawasan tersebut sudah tertutup olah lapisan lava yang membeku, dengan rongga di dalamnya, membuat setiap langkah mereka menimbulkan gema. Kuda-kuda mereka tinggalkan di dasar kaki bukit tersebut. Jalur pendakian di bukit ini sudah diberi fasilitas anak tangga dan pegangan tangan. Saat perjalanan naik, retakan yang mengepul tempat sulfur mengalir keluar dapat terlihat jelas. Saat ini, bukit abu yang rendah ini merupakan satu-satunya bagian yang aktif dari kawah Bromo. Dulu, kawah aktif gunung ini diperkirakan memiliki garis lingkar 20-25 mil.

Di tepi kawah terdapat jalan setapak sempit yang digunakan oleh pengunjung untuk melihat lubang kawah. Namun, pemandangan ke bagian dasarnya terhalangi oleh uap panas yang selalu berputar-putar mengepul naik, meski jarang sekali dapat mencapai puncak kawah. Terdengar suara gemuruh pelan yang menyerupai bunyi kuali besar yang sedang digunakan untuk memasak sesuatu di dalamnya.

Kondisi terbaru Bromo saat ini terbilang sudah tenang menyimpan kisah masa lalunya yang penuh misterius. Konon, batuan lava beku besar yang berserakan hingga ratusan meter jauhnya di seluruh dataran pasir ini merupakan saksi bisu kekuatan menakutkan yang dulu dimiliki oleh raksasa. Ketika melihat pemandangan seperti inilah kita dapat menyadari betapa besarnya kekuatan yang dimiliki oleh gunung berapi, yang dulu pernah mengubah bentuk permukaan bumi ini hingga beberapa kilometer jauhnya. Beberapa bulan sebelum Whitehead tiba di Tosari, sang nyonya pemilik hotel baru saja kehilangan salah seorang putranya yang terkubur aliran lumpur panas yang dimuntahkan oleh Smeroe yang berjarak beberapa mil, bersama dengan seluruh perkebunan kopi, rumah, penduduk dan segala yang ada.

Sumber: Jawa Tempo Doeloe 650 tahun Bertemu Dunia Barat 1330-1985, John Whitehead Mendaki Gunung Bromo, 1880-an, disadur dari Exploration of Mount Kina Balu, North Borneo (1893) hlm. 91-93

?>