Maret 27, 2023
?>

Sosok hebat penuh semangat yang berada dibalik kepopuleran salah satu aliran karate, Kyokushinkai ini adalah Nardi Tjahjo Nirwanto. Beliau terlahir pada tanggal 7 September 1939 di Karangploso, Malang.

Semenjak kecil, ia tertarik dengan dunia olahraga, utamanya seni beladiri Karate. Nah, sejak saat itulah atau pada tahun 1957 ia mulai serius mendalami Karate.

Kemauan yang tinggi untuk mendalami seni beladiri tersebut akhirnya membawanya untuk selalu mencari tahu. Hingga pada suatu saat ia menemukan riwayat Grand Karate Master Masutatsu Oyama di salah satu majalah yang berisi bahwa Februari 1957, master Oyama meresmikan berdirinya aliran karate termuda, Kyokushinkai yang sudah mempunyai beberapa ratus anggota. Disitu juga diberitakan tentang perjuangan Oyama yang sanggup mengangkat nama karate untuk bangkit kembali. Sebab, saat itu karate sering dicemoohkan sebagai seni tari belaka.

Nardi Tjahjo NirwantoSejak 1959, Nardi dapat berkorespondensi dengan Oyama atas bantuan Mas Agung dari Toko Buku Gunung Agung. Agung inilah yang berjasa mencarikan alamat Oyama di Jepang yang saat itu hanya diketahui berlokasi di Ikebukuro, Tokyo. Agung ini juga sering berkunjung ke Jepang untuk keperluan bisnisnya. Beliau juga membantu menyelesaikan Membership Card Nardi pada KYOKUSHINKAI KAN Tokyo Honbu.

Akhirnya pada 1964, Nardi dapat belajar teknik-teknik Karate secara nyata dari seorang Jepang yang dikenalnya pada masa kerja pulang balik Jakarta-Jawa Timur, beliau bernama Yoshida Sensei. Banyak falsafah karate yang dipetiknya dari guru sekaligus sahabatnya ini. Setelah hampir tiga tahun mencoba mendalami dasar dasar karate secara lahir bathin dengan tekun, disandangnya tingkatan DAN I, hasil penilaian dan kelayakan dari Yoshida sensei.

Dengan ilmu yang ia miliki, pada 7 Mei 1967 ia mendirikan sebuah perguruan di kota Batu yang bernama Pembinaan Mental Karate Go No Sen. Go No Sen berarti secara sederhana, bertahan adalah menyerang. Defensive is offensive, secara luas artinya yaitu bertahan adalah sikap utama Karateka dan menyerang (membalas) hanyalah karena keterpaksaan. Karateka mendahulukan sikap menahan diri dan bertahan diri. Pada akhir 1967 ada sekitar 150 pemuda bahkan orang dewasa yang tertarik dan resmi terdaftar sebagai anggota perguruan ini.

Pada tahun 1970 Nardi T. Nirwanto S.A. dengan dana yang sangat minim berkesempatan memperdalam Kyokushinkai Karate di Kyokushin-Kai Kan International Tokyo pada “Special Black Belt Course for Instructors”. Bukan berarti tak ada kendala, ada saja yang menghambatnya higga akhirnya sampai di Jepang, yaitu tertahan di singapura selama dua bulan, tidak ada orang di Tokyo yang bisa menjaminnya tinggal di Jepang, dan minimnya biaya yang ia miliki sehingga hanya cukup untuk sekali jalan.

Tanpa putus asa, dengan satu keyakinan bahwa bantuan Tuhan pasti datang, hampir setiap pagi-pagi buta didatanginya Kedubes Jepang di Singapura untuk meminta dispensasi visa. Selama menunggu di Singapore, Nardi berlatih di Dojo Peter Chong. Akhirnya terjadi keajaiban, oleh Kepala Bagian Imigrasi pada Kedubes Jepang di Singapura, atas perkenan Duta Besar Jepang di Singapura, Nardi diberi ijin tinggal dengan segala kekurangannya selama enam bulan di Jepang dan bisa diperpanjang apabila diperlukan.

?>