
Makam Mbah Bregas, Penyebar Islam di Bululawang - SAYYIDFAJAR
Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang memiliki potensi wisata religi, tepatnya di Desa Lumbangsari. Wisata religi ini berupa Makam Mbah Bregas, seseorang yang dipercaya sebagai penyebar agama Islam di derah setempat.
Selain sebagai ulama besar penyebar agam Islam, Mbah Bregas diyakini sebagai pendiri Desa Lumbangsari, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Tak heran jika namanya tak asing bagi warga asli setempat.
Tak sulit menemukan makam Mbah Bregas, karena di tepi jalan besar Desa Lumbangsari, terdapat papan yang bertuliskan Makam Mbah Bregas. Dari jalan itu, Anda harus masuk sekitar 500 meter. Karena jalannya agak sempit, maka disarankan Anda naik kendaraan roda dua atau jalan kaki. Sebab, jalan ini hanya cukup dilewati satu mobil.
Setibanya di lokasi, Anda tidak akan langsung menemukan Makam Mbah Bregas. Yang tampak hanyalah musholla berukuran sekitar 100 kali 20 meter. Silakan masuk ke dalam musholla untuk melihat makam yang dicari. Di musholla itu terdapat tiga makam yang berdampingan yang memiliki atap seperti rumah. Tiga makam tersebut terbungkus kayu jati. Nisannya pun tidak terbuat dari batu, melainkan dari kayu jati. Dari ketiganya, hanya ada satu makam saja yang memiliki identitas, yakni Makam Mbah Bregas. Sementara itu, dua makam lainnya tidak ada namanya.
Suparno, juru kunci musholla dan Makam Mbah Bregas menjelaskan, dari dulu hingga sekarang, nama penghuni makam di sebelah Makam Mbah Bregas masih menjadi misteri. Tak ada yang mengetahui dan berusaha mencari tahu. Konon, menurut cerita leluhur Desa Lumbangsari, Mbah Bregas meninggal sekitar 1700-an, artinya jauh sebelum Republik Indonesia merdeka.
Awalnya, makam itu awalnya berupa punden di dalam bangunan sederhana berupa rumah mini. Kemudian, oleh warga setempat, rumah mini itu dibongkar dan dibangun musholla, warga membangun musholla karena Mbah Bregas diyakini sebagai seorang ulama yang datang dari Mataram. Hal itu juga membuat beberapa orang menilai Mbah Bregas sebagai seorang laskar Pangeran Diponoegoro. Keyakinan itu membuat Makam Mbah Bregas ini sering didatangi peziarah, baik dari Malang Raya maupun luar daerah, terutama di Malang Jumat.
Kebanyakan peziarah juga memilih datang pada momen haul Mbah Bregas yang dilaksanakan pada Bulan Suro. Dalam momen tersebut, tak hanya dipadati para peziarah, warga Desa Lumbangsari biasanya juga menggelar selamatan dan istighosah akbar. Acara ini dilakukan sebagai wujud syukur kepada Yang Maha Kuasa.
Selain dikenal sebagai penyebar agama Islam di kawasan Bululawang, Mbah Bregas juga diyakini sebagai seorang pejuang Islam. Pasalnya, tempat meniggalnya dulu merupakan bekas tempat benteng pertahanan warga Jawa dari serangan tentara Belandang yang terletak di desa sebelah. Tak heran jika setiap hari warga di Desa Lumbangsari kerap baku tembak dengan tentara Belanda. Bahkan, Belanda sering kali menembakan roket ke kampung Lumbangsari. Ajaibnya, dari cerita kakek buyut, perkampungan tersebut tetap aman, meski sering kali digempur roket yang sehari bisa sampai 60 kali. Roket itu hanya melintas dan mengenai sawah atau pohon. Konon, hal ini diyakini karena ada Makam Mbah Bregas yang senantiasa menjadi “pelindung”.