
Cerita Hebat Senjata Penangkis Serangan Udara di Museum Brawijaya (C) JELAJAH-NESIA
Dari pasukan penjajah, tentara Indonesia, termasuk yang dari Malang pernah merampas senjata-senjata hebat di masanya untuk digunakan melawan dan mengusir mereka di zaman perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Beberapa senjata itu kini disimpan di Museum Brawijaya. Salah satunya Senjata Penangkis Serangan Udara (PSU).
Senjata dan tank-tank lapis baja itu kini bersemayam di Taman Agne Yastra Loka yang merupakan taman yang berada tepat di depan Museum Brawijaya di Jalan Besar Ijen, Kota Malang. Taman ini seolah menjadi ucapan selamat datang bagi para pengunjung museum. Sebagai bagian dari Museum yang berada di bawah naungan Kodam V Brawijaya ini, Taman Agne Yastra Loka juga menjadi lokasi penempatan koleksi benda-benda bersejarah. Koleksi yang ditempatkan di taman ini semuanya merupakan kendaraan berat yang dulunya merupakan hasil rampasan pasukan Indonesia dari tentara penjajah.
Di antara koleksi senjata rampasan itu ada senjata Penangkis Serangan Udara (PSU) yang dikenal dengan nama Pompom Double Loop. Menurut keterangannya, senjata ini direbut oleh pemuda BKR (Barisan Keamanan Rakyat) dari tentara Jepang dalam suatu pertempuran pada bulan September 1945. Kemudian, senjata ini mereka gunakan dalam rangka berjuang mempertahankan kemerdekaan baik dari serangan tentara Sekutu maupun tentara Belanda yang ingin kembali menduduki wilayah Indonesia ketika Jepang angkat kaki dan Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Hebatnya, senjata Penangkis Serangan Udara ini tak hanya bisa dipakai untuk bertahan, namun juga melancarkan serangan balik lewat moncong panjangnya. Bahkan, dalam sebuah pertempuran di sebelah barat Bangkalan, Madura, senjata tersebut berhasil menembak jatuh dua pesawat tempur Belanda.
Sisa-sisa ketangguhan senjata Penangkis Serangan Udara ini masih bisa Anda rasakan ketika menjejakkan kaki di Museum Brawijaya. Kaki Anda mungkin akan gemetar karena ketakjuban melihat kegagahan senjata ini di Taman Agne Yastra Loka di depan museum.