Maret 29, 2023
?>
Ketika Belanda di Malang Menyerah Tanpa Syarat kepada Jepang

Ketika Belanda di Malang Menyerah Tanpa Syarat kepada Jepang

Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tahun 1942. Maka, sejak saat itu, Belanda wajib menyerahkan daerah kekuasaannya di Indonesia, termasuk Malang, kepada Jepang.

Prosesi penyerahan kekuasaan itu terjadi pada tanggal 27-28 Februari 1942. Sebelumnya, pasukan Sekutu Belanda terlebih dahulu menyerah kalah di Laut Jawa pada 1 Februari 1942. Dikisahkan, ketika itu, pukul 04.00 WIB, pasukan Jepang memasuki Pulau Jawa melalui empat Pesisir Laut Utara. Khusus di Jawa Timur, invasi tentara Jepang dipimpin oleh Letnan Jendral Tsuchihashi Yuitsu dengan total pasukan 20.000 orang. Pasukan Belanda Divisi III (Jatim) yang tersisa pimpinan Mayor Jendral G.A. Ilgen saat itu terkonsentrasi di Ngoro, Mojokerto.

Sementara itu, pasukan Belanda yang ada di Malang, yakni Batalyon Marinir yang dipimpin oleh W.A.J mundur ke Dampit. Pada tahun 1942 ini, Belanda memberlakukan Milisi (Wajib Militer). Program milisi ini melatih dan mempersenjatai kaum pelajar untuk melawan pasukan Jepang kala itu.

Malang kemudian dinyatakan sebagai kota terbuka, pada tanggal 8 Maret 1942. Dilansir dari berbagai sumber sejarah, kawasan Kayutangan yang saat itu menjadi pintu masuk menuju pusat pemerintahan di Malang, akhirnya menjadi tempat konsentrasi masa.

Setelah negosiator Jepang menuntut penguasa lama untuk menyerah tanpa syarat sore harinya, maka Letnan Jendral Ter Poorten menyerahkan diri kepada pasukan Nippon. Kemudian, pasukan Jepang memasuki Malang.

Pada fase pertama penguasaan Jepang di Malang, diadakanlah parade kemenangan di Jalan Ijen Boulevard, melintasi Kayutangan. Kala itu, semua rakyat di Malang mengelu-elukan nama Jepang sebagai penyelamat. Penjajah baru pengganti Belanda itu menjanjikan kemakmuran yang lebih baik dengan slogan “Asia untuk Orang Asia”-nya yang lebih dikenal dengan sebutan propaganda Jepang.

Residen Malang, G. Schwenkcke menyebarkan selebaran pada 9 Maret 1942 pukul 03.00 dini hari. Jika ditulis dengan bahasa sekarang, selebaran itu berisikan sebagai berikut. “Pendudukan pasukan Dai Nippon akan datang dalam beberapa jam untuk menenangkan kota supaya tidak ada pertempuran. Maka saya akan minta komandan Dai Nippon untuk membolehkan tugas-tugas pekerjaan politik”.

Sumber: http://pattiromalang.blogspot.co.id/2012/04/kisahsejarah-kota-malang-yang-tak.html

?>