Maret 27, 2023
?>
Singosari Kota Santri berkat jasa Mbah Chamimudin

Singosari Kota Santri berkat jasa Mbah Chamimudin

Singosari yang dulu terkenal dengan nama kerajaan Hindu-nya yang tersohor, kini telah mendapatkan julukan Kota Santri. Adalah Mbah Chamimudin sebagai sosok di balik perkembangan Islam di kecamatan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Malang itu.

Julukan Singosari Kota Santri ini sendiri muncul lantaran banyaknya pondok pesantren yang ada di wilayah kecamatan tersebut. Hal ini tak lepas dari kehadiran Mbah Chamimudin di Singosari yang kala itu merupakan salah satu kerajaan yang berpengaruh di tanah Jawa.

Saat ini, jumlah pesantren yang terdaftar resmi di kantor Kecamatan Singosari adalah 24 pesantren. Catatan itu belum termasuk pesantren-pesantren kecil yang tidak atau belum mendaftarkan diri secara resmi. Apalagi jika ditambahkan dengan keberadaan pendidikan Islam semacam Madsarah Diniyah, Majelis Ta’lim, maupun sekolah formal berbasis Islam se-Kecamatan Singosari. Tentunya, alasan inilah yang sangat rasional menyebut Singosari sebagai kota santri.

Mbah Chamimudin merupakan eks laskar Pangeran Diponegoro yang melarikan diri. Kala itu, setelah Pangeran Diponegoro ditangkap, sebagian besar laskarnya memilih untuk hijrah atau melarikan diri ke wilayah timur. Dwi Cahyono, sejarawan dari Universitas Negeri Malang, menjelaskan kaburnya Mbah Chamimudin ke Singosari ini ditengarai karena citra kuatnya sebagai sebuah kerajaan besar. Ia disebut datang ke Singosari dari arah Malang selatan sekitar tahun 1830-1835.

Pada sekitar tahun 1850, Mbah Chamimudin mendirikan pondok pesantren dan mushola di Singosari. Lamanya jarak antara pertama kali masuk dengan pendirian pesantren dan mushola ini disebut-sebut karena upaya halus dan tak langsung Mbah Chamimudin untuk mengenalkan dan melakukan syiar agama Islam pada penduduk setempat. Pasalnya, waktu itu rata-rata mereka masih beragama Hindu dan abangan.

Di wilayah sekitar Malang sendiri, memang banyak tersebar makam para laskar Pangeran Diponegoro yang hijrah pasca tertangkapnya sang pemimpin. Ada makam Mbah Honggo di wilayah Talun serta Makam Mbah Jugo dan Mbah Sujo di gunung Kawi. Selain menghimpun kekuatan untuk melawan penjajah Belanda, mereka, termasuk Mbah Chamimudin juga menyebarkan agama Islam.

?>