
Ken Arok, sosok inspirator jiwa-jiwa pemberontan di Malang (C) KOMPASIANA
Masyarakat Malang memang terkenal dengan karakter masyarakatnya yang cukup keras dan blak-blakan untuk ukuran karakter orang Jawa. Mungkin inilah salah satu yang memperngaruhi banyaknya jiwa-jiwa pemberontak di wilayah ini, bahkan sejak dahulu kala.
Dilihat dari segi bahasa, bahasa Jawa yang dugunakan oleh masyarakat Malang tergolong cukup kasar dengan nada yang agak meninggi, jika dibandingkan dengan akses daerah lain. Jika ditelusuri sejarahnya, sifat keras dari jiwa pemberontak masyarakat Malang ini sebenarnya memang sudah ada sejak jauh sebelum adanya Kota Malang itu sendiri.
Anda tentu mengenal Ken Arok, salah seorang raja Jawa yang seolah menginspirasi terciptanya imperium-imperium baru di Nusantara ini. Raja pertama Singosari yang bergelar Rajasa itu berhasil merebut kekuasaan Tumapel dari Awuku Tunggul Ametung. Dengan kekuasaannya, Ken Arok menjadikan Tumapel tidak lagi sebagai kerajaan bawahan Kadiri, namun langsung memerdekakan diri. Tak hanya sebatas itu saja, selanjutnya Ken Arok menyiapkan pemberontakan melawan Kadiri yang sebelumnya membawahi wilayah Tumapel (Malang saat ini). Dalam pertempuran yang dikenal sebagai perang Ganter itu, Ken Arok mampu membuat Kadiri bertekuk lutut dan akhirnya menjadi kerajaan bawahannya.
Cerita jiwa-jiwa pemberontak di wilayah Malang berlanjut pada masa Kerajaan Mataram. Pemberontakan dari masyarakat Malang cukup terkenal kala itu, bahkan juga disebut-sebut sebagai salah satu versi asal-usul dari pemberian nama kota itu sendiri. Kala itu, Sultan Mataram mencoba menguasai wilayah Jawa Timur atau yang kaum mereka sebut Brang Wetan. Mereka memang berhasil menguasai berbagai daerah pesisir. Hanya saja, ketika pasukan Mataram datang melakukan invasi ke wilayah Malang yang berada di pegunungan, mereka mendapatkan perlawanan dari penduduk setempat. Perlawanan yang sengit dari masyarakat Malang membuat Sultan Mataram menyebut masyarakat ini ‘malang’ atau menghalang-halangi keinginan mereka untuk mendapatkan daerah jajahan baru.
Sama halnya ketika Indonesia dikuasai oleh rezim Belanda. Sebagai daerah yang memiliki potensi alam melimpah, wilayah Malang merupakan lahan garapan yang menjanjikan bagi kaum penjajah. Dikisahkan, Malang pun tergolong daerah yang sulit ditaklukkan mengingat letaknya yang dipagari gunung. Hal ini dimanfaatkan oleh salah seorang pejuang asal Madura, Pangeran Trunojoyo sebagai tempat pelarian pada tahun 1679. Bersama bangsawan Goa, Karaeng Galesung, Trunojoyo menggunakan wilayah Ngantang sebagai benteng pertahanan dari serangan pasukan Mataram dan Belanda.