
Ujung Jalan Kyai Tamin (C) PETUALANGAN MALANG
Jalan Kyai Tamin merupakan sebuah jalan di Kota Malang yang membentang dari timur ke barat dari Jalan Laksamana Martadinata menuju ke ujung selatan Jalan Sutan Syahrir atau perempatan Jagalan. Ada cerita yang berbeda jika Anda mengunjungi jalan tersebut di saat pagi dan malam hari.
Secara administratif, Jalan Kyai Tamin masuk ke dalam Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Jika menyusuri jalan ini dari pertigaan Jalan Laksamana Martadinata, menuju ke barat, Anda akan menemui beberapa gang kecil di kiri-kanan jalan.
Lalu, Anda akan menemui Jalan Kopral Usman yang mengarah ke utara melewati sisi timur Pasar Besar Malang. Jika terus ke barat, melewati pintu masuk parkiran Pasar Besar, Jalan Kyai Tamin akan berpotongan dengan Jalan Prof. Moch. Yamin di sisi selatan menuju ke fly over Kotalama.
Lanjut lagi ke arah barat, di sisi utara, Anda akan menemukan Jalan searah dari utara ke selatan, yakni Jalan Sersan Harun. Anda dilarang berbelok ke jalan tersebut, baik dari timur maupun barat Jalan Kyai Tamin ini. Jalan ini akan berakhir di sebuah perempatan yang biasa disebut Jagalan.
Jika terus ke barat, Anda akan sampai ke Jalan Yulius Usman alias Sawahan. Tapi jika Anda belok ke kiri, Anda akan menuju ke Jalan Halmahera yang mengarah ke Comboran. Di perempatan Jagalan ini Anda juga dilarang keras belok kanan ke Jalan Sutan Syahrir, karena jalan itu satu arah dari utara (Alun-alun Kota Malang) ke selatan.
Orang juga mengenal Jalan Kyai Tamin ini sebagai “Pecinan”. Pasalnya, di kawasan ini banyak berjajar rumah maupun toko milik warga keturunan Cina (Tionghoa). Sayangnya, tak banyak bangunan kuno peninggalan zaman Kolonial Belanda yang mampu bertahan.
Di antara bangunan di kawasan ini banyak yang sudah mengalami pemugaran. Banyak di antaranya yang berubah jadi toko dengan corak bangunan modern. Sangat sedikit yang tersisa dan mampu eksis di antara bangunan modern yang jadi pusat perniagaan.
Ya, di pagi hingga sore hari, sepanjang Jalan Kyai Tamin ini memang dipadati manusia yang sibuk dengan urusan perdagangan. Banyak orang bertransaksi di toko-toko yang pemiliknya didominasi etnis Cina.
Bahu jalan di kawasan ini menjadi lautan mobil, karena memang dimanfaatkan sebagai lahan parkir. Banyak mobil boks atau pun truck yang melakukan bongkar muat di tepi jalan ini. Belum lagi lahan parkir sepeda motor yang bisa menjamur di momen-momen tertentu, seperti di bulan Ramadhan atau jelang Lebaran. Kontan, kondisi ini sering dikeluhkan pengguna jalan karena membuat Jalan Kyai Tamin macet.
Arus lalu lintas dua arah kadang mendadak bisa menjadi searah bergantian jika ada mobil besar yang sedang dipandu jukir untuk menempati lahan parkir.
Menariknya, sore jelang malam hari, sekira pukul 16.00 WIB, arus lalu lintas dari arah barat atau perempatan Jagalan distop dengan menggunakan palang yang sengaja dipasang. Arus dialihkan ke Jalan Halmahera dan Jalan Yulius Usman. Sementara dari arah timur, arus lalu lintas distop dari pertigaan belakang parkiran Pasar Besar dan dialihkan ke Jalan Prof. Moch Yamin.
Sementara arus lalu lintas dari arah Jalan Sersan Harun masih bisa melintas, meski hanya boleh mengarah ke timur (Jalan Laksamana Martadinata) atau selatan (Jalan Prof. Moch Yamin).
Di antara kedua palang stopan di Jalan Kyai Tamin tadi digeberlah Malang Night Market. Tadinya, Night Market ini hanya dipakai untuk menampung para PKL (Pedagang Kaki Lima) di kawasan Alun-alun Kota Malang ketika tempat berdagang mereka sedang direnovasi.
Pemkot Malang pun menyediakan 150-an lapak yang bisa dimanfaatkan dari waktu menjelang maghrib hingga tengah malam. Namun, seiring dibukanya kembali Alun-Alun Kota Malang usai direnovasi, para PKL diinstruksikan tetap berjualan di Night Market ini, lantaran di alun-alun sendiri telah dibebaskan dari para PKL.
Pemkot pun merancang Night Market ini sebagai salah satu tempat wisata malam di Malang yang mampu menarik minat wisatawan lokal maupun luar daerah. Sebab, di lapak ini banyak diisi oleh kuliner tradisional tempo dulu, juga kerajinan khas Malang.
Sayangnya, pemindahan PKL ini secara permanen ditentang oleh warga sekitar Jalan Kyai Tamin. Mereka menganggap hal itu tidak didahului dengan sosialisasi, karena semuanya diputuskan sepihak oleh Pemkot dan Dinas Pariwisata.
Hal ini dinilai akan membuat warga sekitar makin menderita, lantaran setiap malam akses keluar masuk warga diblokir, sehingga tidak bisa hidup tenang karena polusi suara dari musik yang ditimbulkan oleh pelapak.
Setiap pagi yang terlihat hanya tumpukan sampah, meski secara baik telah direspon Pemkot dengan menerjunkan pasukan kuning. Namun yang perlu diingat juga, daerah ini adalah pusat perniagaan dan bisnis, di mana bongkar muat barang kadang bisa lembur hingga larut malam.
Pelanggan yang datang ke toko-toko di sepanjang Jalan Kyai Tamin jelang pukul 17.00 WIB sudah tidak bisa lagi melakukan transaksi pembelian, karena terhalang oleh lapak Night Market. Pemilik toko juga terpaksa membatasi aktivitas bongkar muat sampai sore hari saja. Beberapa apotek, dokter praktik dan minimarket juga terkena imbas tidak bisa buka sampai malam. Selain itu, banyak PKL liar yang mulai menguasai sepanjang trotoar jalan mulai warung sampai baju. Mereka seolah mendapat angin segar dari Pemkot dan tanpa sadar mengambil rezeki warga setempat.
Di luar kontroversinya tersebut, setidaknya kita bisa menikmati malam menyusuri Jalan Kyai Tamin di antara para pelapak Malang Night Market. Jika lapar atau haus, tinggal beli makanan atau minuman yang tersedia. Sepeda motor atau mobil yang dibawa pun dapat ditinggal di lahan parkir yang disediakan di sisi timur maupun barat. Silakan saja bandingkan dengan menyusuri jalan ini di pagi hari dan temukan bedanya.