
Balai Desa Genengan yang menyimpan Arca
Banyak sekali peninggalan zaman kejayaan kerajaan masa lampau yang berserakan di wilayah Malang Raya ini. Ada situs purbakala yang sudah diberi nama, ada pula yang belum punya nama. Salah satu peninggalan berupa arca tanpa nama itu ada di area Balai Desa Genengan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.
Balai Desa Genengan bisa dibilang berbeda dengan balai desa di Malang, bahkan di Indonesia pada umumnya. Perbedaan yang paling mencolok jelas keberadaan arca tanpa nama yang ada di area tempat tersebut.
Arca tanpa nama itu terbuat dari batu yang berbentuk sesosok wanita dengan posisi jongkok dengan kepala yang dibenamkan pada kedua lututnya. Jika diinterpretasikan secara bebas, sosok wanita tersebut serupa dengan orang yang sedang bersedih atau merasa berdosa, sehingga tampak begitu malunya.
Keunikan lainnya terdapat pada keberadaan dua buah batu yang terletak tepat di depan arca tersebut. Satu batu berbentuk oval dengan ceruk di tengahnya, mirip sekali dengan lesung, sedangkan batu satunya lagi berbentuk segi empat yang menyerupai sebuah tungku.
Karim (75), warga desa setempat menceritakan asal usul arca tanpa nama tersebut memang tidak tiba-tiba berada di dalam area Balai Desa Genengan seperti sekarang ini. Menurutnya, dulunya arca tersebut lokasinya terletak di areal persawahan. Tepatnya, berada di belakang kantor Balai Desa tersebut. Karena mempertimbangkan berbagai hal, maka warga desa sepakat untuk memindahkan arca itu lengkap beserta kedua batu ‘aneh’ ke tempat yang lebih aman. Namun, justru hal yang tak terduga terjadi. Ternyata, baru sehari dipindahkan, arca itu pindah lagi kembali ke posisinya semula di areal persawahan.
Warga desa pun kembali melakukan musyawarah dipimpin oleh para sesepuh. Akhirnya, musyawarah itu menghasilkan keputusan bahwa arca dan dua batu dipindahkan ke areal Balai Desa Genengan. Mereka pun membuatkan cungkup yang melindungi situs purbakala tersebut dari panas dan hujan. Syukurlah, setelah dipindah ke tempat itu, si arca tanpa nama pun sudah tidak pernah lagi pindah-pindah tempat sendiri seperti yang terjadi sebelumnya.
Karim pun menuturkan, bahwa di hari-hari tertentu banyak warga yang berdatangan ke situs kuno yang belum diketahui asal usulnya tersebut. Konon, menurut cerita sesepuh yang berkembang di masyarakat setempat, sejarah keberadaan arca tersebut berawal dari kutukan dari pendiri sekaligus leluhur Desa Genengan yang bernama Mbah Mangkuleksono kepada seorang warga. Konon, Mbah Mangkuleksono mengutuk orang tersebut menjadi batu seperti wujudnya yang sekarang ini.
Menurut pengakuan Karim sendiri, ia juga sebenarnya tidak mengetahui secara rinci sejarah arca tanpa nama itu yang sebenarnya seperti apa, baik tahun, nama, atau asal usul keberadaannya. Namun demikian, cerita tersebut berkembang turun-menurun di kalangan warga desa sehingga dipercaya kebenarannya.