
SItus Ken Dedes di Panawijen atau Polowije (Foto NRM News)
Ken Dedes adalah sosok kunci dalam kisah kerajaan Singasari, dirinya adalah Ratu Singasari yang menurunkan trah raja-raja di tanah Jawa. Ken Dedes sendiri dikisahkan berasal dari Panawijen.
Menelusuri dari mana Ken Dedes berasal harus dilihat dari prasasti yang membahasnya, ataupun kitab Pararaton yang bertahun 1641. Diceritakan jika Ken Dedes adalah putri dari Mpu Purwa, putri dari padepokan di Desa Panawijen. Mpu Purwa adalah pendeta Budha yang punya ilmu tinggi.
Ken Dedes kemudian dibawa lari oleh Akuwu Tumapel yang bernama Tunggul Ametung. Sang mertua pun murka atas tindakan ini dan mengucapkan sumpah.
“Semoga yang melarikan anakku tidak bisa melanjutkan mengenyam kenikmatan dunia, semoga dia ditusuk keris dan diambil istrinya. Demikian juga orang-orang di Panawijen ini, semoga menjadi kering tempat mereka mengambil air, semoga tidak keluar kolamnya ini karena mereka tidak memberitahu jika anakku dilarikan orang dengan paksaan,” sumpahnya.
Sumpah dari dari Mpu Purwa menjadi kenyataan karena Tunggul Ametung akhirnya tewas di tangan Ken Angrok. Tetapi apakah Desa Panawijen kering?, tidak ada bukti dari prasasti atau tulisan tentang keringnya desa.
Nama Panawijen sendiri selain disebut dalam kitab pararaton juga tertulis di prasasti Wurandungan yang bertahun 865 Saka. Saat ini nama Panawijen sudah tidak ada, namun Desa ini diduga kuat adalah Desa Polowijen, Blimbing sekarang.
Perubahan bunyi melalui pertukaran konsonan n dan p pada bahasa Jawa kiranya merupakan peristiwa bahasa yang acap kali terjadi. Adapun perubahan bunyi pada vokal dari a menjadi o adalah disebabkan perubahan pada bunyi abjad (susunan aksara) yang dipakai dari abjad Jawa kuno menuju Jawa Baru.
Selain terdapat kedekatan unsur nama, di desa ini juga terdapat beragam tinggalan arkeologis yang menguatkan dugaan di atas. Tinggalan arkeologis yang masih dapat ditemukan di tempat ini antara lain bekas pemukiman yang kaya dengan pecahan keramik asing dan gerabah, sisa umpak-umpak batu dan arung (saluran air bawah tanah).

Salah satu yang cukup terkenal sebagai peninggalan sejarah di Polowijen adalah Sumur Windu Ken Dedes yang juga dikenal dengan Sumur Upas. Sumur yang berlokasi di Jl Cakalang, Lingkungan Watu Kenong RT 03/RW 02 Polowijen. Saat ini sumur tersebut tidak difungsikan lagi. Di sekitar situs, banyak sekali peninggalan seperti batu bata merah, batu umpak dan lain sebagainya. Sebagai pengetahuan, di sana juga terdapat garis dan silsilah keturuan untuk melengkapi papan keterangan situsnya.
Sementara tidak jauh dari lokasi tersebut ada sebuah kuburan yang diperkirakan dulu menjadi tempat Mpu Purwa bertapa karena suasananya hening, sepi, dan tenang. Saat ini kuburan tersebut masih difungsikan sebagai tempat pemakaman umum.