
Ria Enes dan Susan (Foto: Bintang.com)
Mungkin masa kecil Anda akrab dengan celoteh Ria Enes bersama boneka Suzan-nya. Tak disangka, ketenaran wanita kelahiran Malang itu berawal dari iseng.
Kisah petualangan Ria Enes dimulai ketika pada tahun 1987 melanjutkan kuliah di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo, Surabaya, begitu lulus dari SMA Negeri 4 Malang. Sebelum lulus pada tahun 1995, di sela-sela kesibukannya kuliah, pemilik nama asli Wiwik Suryaningsih ini bekerja sambilan sebagai penyiar radio di Carolina Surabaya. Setelah bertahan setahun, Ria memilih pindah ke Radio Suzana, sebuah langkah yang membuka masa jayanya kala itu.
Di stasiun radio yang terletak dekat Taman Apsari (di Embong Kaliasin, Surabaya Pusat) itu, Ria biasa berduet dengan penyiar senior yang lumayan populer saat itu, yakni Bung Dino. Ria biasanya mengudara pukul 14.00-15.00 WIB setiap hari Senin-Jum’at. Suatu hari, rekannya itu tidak bisa masuk siaran karena sakit. Untuk mengisi kekosongan, atas inisiatifnya sendiri, Ria pun mengudara solo. Iseng-iseng Ria berlagak seolah-olah siaran berdua dengan seorang anak kecil. Kebetulan, waktu itu Ria mampu menciptakan suara anak-anak dari tenggorokannya. Anak kecil itu disebutnya dengan nama Suzan, yang diambil dari nama stasiun radio tempatnya bekerja.
Sejak saat itu, di luar dugaan, siaran perdananya bersama karakter Suzan itu disambut positif oleh pendengar setia Radio Suzana. Terbukti, banyak telepon yang masuk ke studio menanyakan soal anak kecil berkarakter centil, cerewet, nakal, dan celometan tapi cerdas dan menghibur rekaan Ria. Si penyiar junior itu pun akhirnya mendapatkan rejeki kenaikan gaji.
Kesuksesannya mengudara bersama tokoh Suzan itu membuat Ria kebanjiran tawaran off-air. Sempat bingung menerima tawaran tersebut, Ria akhirnya memutuskan membawa serta sebuah boneka manis dalam penampilan off air-nya. Boneka itu dibelinya di sebuah toko mainan anak-anak di Tunjungan Plaza. Nama Suzan akhirnya lebih melejit dan dikenal masyarakat luas ketimbang nama Ria Enes sendiri sebagai pengisi suara.
Suatu saat, ada seorang produser rekaman yang meliriknya. Ria Enes dan Suzan tentunya, diminta untuk rekaman lagu anak-anak. Tawaran itu disambutnya, hingga pada akhirnya album perdana mereka berjudul ‘Si Kodok’ meledak di pasaran pada tahun 1991. Setelah itu, berturut-turut mereka meluncurkan album ‘Kodok dan Semut’, ‘Suzan Punya Cita-Cita’, dan lain-lain yang sama tenarnya. Bahkan, lagu ‘Suzan Punya Cita-Cita’ yang dirilis tahun 1993 berhasil meraih HDX Award dengan kategori sebagai album terlaris kala itu. Total, mereka telah menelorkan 12 album antara tahun 1991-2004.
Sukses sebagai penyanyi lagu anak-anak, Ria Enes dan Suzan pun kebanjiran tawaran membintangi sejumlah iklan produk. Tawaran untuk menjadi pengasuh berbagai acara juga diterimanya dari berbagai stasiun televisi. Salah satunya SCTV yang memintanya untuk mengisi acara Pesta Anak dengan kontrak selama tiga tahun. Dengan semakin padatnya kesibukan jadwal off air dan lain sebagainya, Ria Enes tak bisa lagi melanjutkan pekerjaannya sebagai penyiar. Dengan sangat terpaksa Ria pun mengundurkan diri secara baik-baik dari Radio Suzana yang menjadi titik balik kariernya di dunia hiburan nasional.
Meski disibukkan dengan berbagai aktivitas di dunia hiburan tanah air, Ria ogah tinggal di ibukota Jakarta, dan lebih memilih tetap berada di Surabaya. Alasannya simpel, untuk menjaga kemurnian logat Jawa Timurannya.
Ria menikah dengan Rey Irarto Wisnu Takari pada tanggal 14 November 1997. Sang suami dikenal sebagai seorang pengusaha yang memiliki Trapesium Band, sebuah grup musik yang cukup terkenal di Surabaya. Setelah mengalami tiga kali keguguran, Ria akhirnya melahirkan anak pertamanya, Atala Rania Insyra (lahir 29 Juli 2000). Kemudian, menyusul dua anak berikutnya, yakni Ataya Raisa Insyra (lahir 11 Februari 2004) dan Atasya Radho Insyra (lahir 23 Juni 2006).
Kini, Ria Enes telah meninggalkan dunia hiburan yang memberinya popularitas. Namun, aktivitasnya tetap tak jauh dari dunia anak-anak. Ria aktif berkecimpung di dunia pendidikan anak melalui lembaga pendidikan Dunia Suzan yang didirikannya pada tahun 1994 di sebuah ruko di Darmo Park II (di Dukuh Pakis, Surabaya Barat).
Mulanya, Dunia Suzan hanyalah sebuah sanggar seni untuk menampung anak-anak yang hobi berkesenian. Mempertimbangkan respon positif dari masyarakat, Ria pun menaikkan statusnya menjadi Taman Kanak-kanak. Lembaga itu menjadi wadah yang disediakannya untuk mengajak para orang tua murid aktif dalam kegiatan belajar mengajar agar bisa memantau perkembangan sang buah hati masing-masing.
Di sela-sela aktivitas itu, ternyata Ria dan Suzan masih mau menerima tawaran manggung off air, asalkan hanya di sekitar Surabaya. Dalam kesempatan itu, Ria biasnya mengajak serta murid-murid TK-nya, untuk melatih mereka agar berani tampil di muka umum.