Maret 29, 2023
?>
Mengenal Sosok Sakera Ijo, Sakera-nya Gondanglegi (C) DKV

Mengenal Sosok Sakera Ijo, Sakera-nya Gondanglegi (C) DKV

Kesenian Sakera ternyata tak hanya identik dengan daerah Madura saja. Buktinya, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang juga punya kesenian yang sama, yang biasa disebut Sakera Ijo alias Sajo.

Ketika mendengar kata Sakera mungkin yang terlintas dalam benak Anda adalah sosok berbaju dan celana hitam yang dipadukan dengan kaos putih bergaris merah horizontal. Yang mengenakannya biasanya bapak-bapak dengan kumis, jenggot dan alis tebal. Intinya kesenian tersebut identik sekali dengan etnis dari Pulau Madura, Jawa Timur. Biasanya Sakera juga selalu identik dengan kesan garang khas Madura. Ditambah dengan senjata clurit yang dipanggul di atas bahu melengkapi imej sangar yang dibangun.

Berbeda dengan Sakera dari Madura, Gondanglegi yang mayoritas warganya juga merupakan keturunan Pulau Garam tersebut, juga memiliki kesenian Sakera. Mereka menyebutnya Sakera Ijo. Memeng terdengar agak aneh tapi unik. Sakera dan Ijo adalah dua kata yang saling bertolak belakang, namun akhirnya mampu mereka satukan.

Sakera Ijo merupakan sebuah tradisi masyarakat lokal Gondanglegi yang memiliki ciri khas tersendiri sebagai wujud kebersamaan sekaligus sebagai wadah baru dalam mengekspresikan sekaligus mempertahankan seni budaya tradisional di wilayah Kabupaten Malang. Kesenian yang terinspirasi dari Sakera dari Madura ini didirikan pada 11 November 2012 oleh H. Ahmad Danial yang merupakan pejabat DPRD Kabupaten Malang sekaligus pimpinan Sakera unik ini. Saat ini, kelompok seni Sakera Ijo beranggotakan 60 orang yang terdiri dari para Remaja Masjid, mulai dari setingkat SMP hingga Mahasiswa.

Ketua Remaja Masjid besar Gondanglegi selaku Khaddamul Maasajid menjelaskan, tujuan dari dibentuknya kelompok seni ini sebagai penyampai pesan melalui seni budaya Sajo untuk menumbuhkan dan mencintai budaya lokal. Sajo bermarkas di Masjid Jami’ Gondanglegi. Para anggotanya biasa berlatih di MA Muallimin Gondanglegi. Mereka dilatih oleh Khoirul Anam yang merupakan sekertaris kesenian ini.

Nama Sakera Ijo alias Sajo sendiri dipilih dengan harapan sebagai cerminan remaja yang agamis. Jika dijabarkan secara jelas, Sakera sebagai sebuah identitas jawara tanah Madura dan simbol keperkasaan yang dipadukan dengan warna hijau (ijo dalam bahasa Jawa) yang mencerminkan agamis karena merupakan warna kebanggaan Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini membuat Sajo menjadi terobosan kesenian terbaru yang unik dan fenomenal. Memang, kesan garang dari Sakera sedikit tereduksi dengan adanya kombinasi warna hijau sebagai seragam luar. Namun demikian, kesenian ini semakin memperkaya varian Sakera sebagai kesenian khas Jawa Timur.

Para anggota kelompok seni Sajo ini mengkolaborasikan seni pencak silat diiringi dengan alunan musim modern tanpa meninggalkan karakter aslinya. Mengusung motto “Melangkah pasti merangkai Ukhuwah Islamiah”, Sajo didapuk menjadi ikon Sakera yang agamis.

Hal lain yang memelopori terciptanya Sakera Ijo ini adalah keinginan untuk menghasilkan sebuah karya yang tidak banyak mengeluarkan banyak biaya, atau bisa dibilang murah meriah tapi tetap bisa terus bertahan melawan arus zaman. Sakera dipilih karena dinilai merupakan sebuah identitas yang harus tetap dipertahankan keberadaannya, sedangkan Ijo sebagai simbol atau lambang yang religius. Keduanya bukan hanya sebagai sebuah identitas dan simbol tetapi lebih untuk representasi dari sebuah identitas, yang memiliki nilai sebagai penjelmaan dari karakter masyarakat Madura yang tegas, menjunjung tinggi harga diri, jantan dan tentu saja agamis.

?>