
Potongan relief saat prabu Aridharma membunuh ular tampar yang sedang bersama dengan Nagini dalam relief Aridharma di candi Jago | Foto oleh Deny Yudo Wahyudi dan Slamet Sujud Purnawan Jati
Candi Jago yang merupakan candi yang bernafaskan Hindu dan Budha. Hal ini nampak dari relief yang ada disana. Yaitu relief Budhistis pada relief Aridharma, Tantri, dan Kunjakarna. Sedangkan Hinduistis pada relief Parthayajna, Arjuna, Kresnayana.
Dalam bagian ini, cerita yang dijabarkan adalah relief Aridharma. Dari tiga tingkat kaki candi jago, relief ini berada di dinding tingkat teras pertama. Tepatnya di sisi barat daya dan juga di sisi timur hingga timur laut dinding candi.
Cerita ini bermula ketika prabu Aridharma sedang berburu ke hutan. Dalam perburuannya tersebut, ia berjumpa dengan dua ekor naga yang berbuat tidak sepantasnya. Apalagi diketahui bahwa salah satu naga tersebut adalah Nagini, putri dari raja naga. Hal ini nampak dari mahkota yang ada diatas kepalanya.
Mengetahui hal tersebut, akhirnya prabu Aridharma membunuh sang naga jantan. Naasnya, panah prabu Aridharma juga mengenai Nagini. Nagini yang tidak terima atas perlakukan tersebut akhirnya memutuskan untuk pulang dan mengadu kepada ayahnya.
Saat Nagini mengadu pada ayahnya, ia tak berkata jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi. Nagini memfitnah prabu Aridharma dengan mengatakan ia akan dibunuh jika tidak menuruti permintaan prabu Aridharma yang ingin bermesraan dengannya.
Mendengar cerita itu, Raja naga pun langsung bertindak untuk menemui prabu Aridharma. Namun, Raja naga tidak langsung menampakkan dirinya. Ia mengubah diri menjadi naga kecil yang menyelinap di kamar prabu Aridharma.
Kala itu, prabu Aridharma sedang menceritakan kejadian saat ia berburu di hutan kepada permaisurinya, Dewi Mayawati. Yang mana cerita tersebut menyangkut mengenai perbuatan Nagini dengan naga jantan. Mendengar paparan Aridharma tersebut, Raja naga langsung menampakkan dirinya sebagai brahmana di depan prabu Aridharma.
Seketika itu, Raja naga berterima kasih kepada prabu Aridharma. Sebagai imbalannya, Raja naga akan memenuhi permintaan prabu Aridharma. Hingga Raja naga memenuhi permintaan prabu Aridharma untuk dapat mendengar pembicaraan binatang.
Pengabulan permintaan tersebut tetap ada syaratnya, yaitu prabu Aridharma tidak boleh memberitahukannya kepada siapapun. Jika dilanggar, maka prabu Aridharma akan mati.
Suatu hari, prabu Aridharma mendengar seekor cicak yang iri padanya dan Dewi Mayawati. Lalu, ia mengatakan kepada Dewi Mayawati. Dewi Mayawati pun heran karenanya. Sehingga ia menanyakan bagaimana bisa prabu Aridharma mengatakan seperti itu.
Prabu Aridharma pun ingat mengenai syarat saat permintannya dikabulkan. Sehingga ia tidak dapat memberi tahu Dewi Mayawati alasannya. Dewi Mayawati terus bertanya kepada prabu Aridharma. Namun, prabu Aridharma tetap tak menjawab hingga akhirnya ia lebih memilih mati dibakar daripada menjawabnya.
Lalu, prabu Aridharma memerintahkan para punggwanya untuk melaksanakan ritual dan menyiapkan sesajen. Setelah semuanya siap, ternyata prabu Aridharma menjadi bimbang ketika mendengar percakapan dua ekor kambing yang melihatnya.
Percakapan keduanya menyatakan bahwa seorang laki-laki harus memiliki prinsip yang teguh, tidak mudah goyah. Apalagi dengan wanita. Mendengar percakapan mereka, prabu Aridharma tidak jadi melakukan bakar diri. Namun Dewi Mayawati dan kambing betina tersebut tetap melakukannya beserta seluruh sesajen.
Cerita selanjutnya tersaji dalam cerita dalam relief Aridharma di candi Jago bagian II.