
Interior Gedung Balai Kota Malang Digarap Arsitek Surabaya
Disain gedung Balai Kota Malang yang dibangun pada rentang waktu antara tahun 1927 hingga tahun 1929 merupakan hasil karya kolaborasi peserta sayembara yang digelar Wali Kota Malang yang pertama, H.I Bussemaker. Sementara itu, untuk interiornya dipercayakan pada C. Citroen, arsitek terkenal dari Surabaya.
Bagian interior yang dirancang oleh Citroen adalah interior balai sidang, ruang walikota dan sekretarisnya. Anggaran untuk perancangan interior ini sangat terbatas gara-gara biaya pembangunan gedungnya sendiri yang ternyata sungguh di luar dana yang disiapkan kala itu, F 287.000. Walaupun demikian, Citroen tetap dinilai berhasil membuat interior yang memberikan kesan cukup megah dan berwibawa. Arsitek itu memakai kayu jati putih sebagai pemanis ruangan, sedangkan kursinya diberi bekled dari kulit kaleb warna kuning.
Bangunan Balai Kota Malang sendiri terdiri dari dua lantai yang memiliki orientasi menghadap ke arah utara-selatan. Letak dan bentuk utama lokasinya itu membuat gedung Balai Kota ini seolah-olah ingin menguasai Lapangan JP. Coen (Alun-alun Tugu) dengan segala keindahannya. Bentuk utama dari denahnya cukup memenuhi kehendak situasinya yang harus mengarah ke Alun-alun Tugu. Bangunannya tampak berbentuk simetri dengan pintu utama tepat berada di bagian tengahnya.
Semua lalu lintas manusia harus melalui pintu utama. Terdapat ruang rapat beserta teras besar yang diapit oleh ruang walikota dan Dewan Harian di atas pintu masuk tersebut. Dinas-dinas yang lebih sering berhubungan langsung dengan publik berada di lantai bawah untuk lebih memudahkan layanan publik.
Situasi bangunannya sangat mendukung, sehingga membuat gedung ini tampak berkesan cukup monumental dan megah. Berbeda dengan kantor-kantor Kolonial yang dirancang Belanda lainnya di Hindia Belanda pada waktu itu, Balai Kota Malang memiliki model selasar (sirkulasi penghubung) di bagian belakang. Pada waktu yang bersamaan, Belanda juga membangun beberapa gedung megah lainnya, yakni kantor Balai Kota Surabaya, Kantor Gubernur Jawa Timur atau Kantor Pusat HVA di Surabaya. Gedung-gedung itu pada umumnya mengambil selasar mengelilingi gedung.
Ada perubahan sedikit pada interior gedung Balai Kota Malang. Karena tidak ada perlindungan langsung pada jendela tampak depannya, maka Pemerintah Kota (Gemeente) Malang terpaksa menambahkan overstek tambahan, untuk menahan percikan air hujan dan masuknya sinar matahari langsung.
Hingga kini, gedung saksi perjalanan sejarah Kota Malang itu masih berdiri tegak di sisi selatan Alun-alun Tugu. Interiornya pun tampak masih awet meski sempat mengalami pemugaran ualng, usai menjadi ‘korban’ taktik bumi hangus masyarakat Malang dalam menghadapi Agresi Militer Belanda pertama.