
Rumah Potong Hewan Malang, Terbaik di Indonesia (C) WIKIMAPIA
Kota Malang memiliki Rumah Potong Hewan (RPH) di Jalan Kolonel Sugiono No. 176, Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun. Salah satu Perusahaan Daerah yang dibentuk oleh Pemkot Malang itu ternyata menjadi yang terbaik di Indonesia.
Tak seperti yang dibayangkan di mana Rumah Potong Hewan biasanya selalu identik dengan suasana kumuh, kotor dan bau. Kesan tersebut sungguh jauh RPH Malang. Memasuki area RPH yang berada dekat dengan pusat kota ini, Anda serasa berada di gedung perkantoran. Kondisinya bersih, tertata rapi, sampah tidak berhamburan, dan yang pasti bau bisa dinetralisir dengan baik. Tampak puluhan sapi ternak ditempatkan di belakang kantor, sehingga tidak mengganggu aktivitas kerja. Tentu saja hal ini membuat orang-orang yang berkunjung ke RPH ini menjadi nyaman dan betah.
RPH ini dipimpin oleh Djoko Sudadi, selaku Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) RPH Malang. Pria paruh baya ini telah menjabat sejak akhir tahun 2009 silam. Pemkot Malang memang sejak lama telah membentuk PD RPH ini. Inovasi tersebut terbukti tidak sia-sia, apalagi setelah dikelola dengan baik oleh Djoko. Di tangannya, RPH bukan hanya menjadi jaminan hewan potong yang bersih dan sehat, tetapi juga mampu berkontribusi bagi pendapatan daerah. Tak heran jika Pemkot dan DPRD sangat percaya pada pengelolaan PD RPH hingga kini.
Banyak hal yang harus dilakukan agar RPH tidak dipandang sebelah mata. Djoko tidak sungkan-sungkan memberikan rahasia atau kunci sehingga RPH Kota Malang menjadi yang terbaik di Indonesia.
Setelah pensiun di Disnakertrans, Djoko melihat kondisi RPH sangat mengkhawatirkan. Di masa awal dia menjabat, perhatian Pemkot juga dirasakan sangat minim. Setelah berupaya keras dan memberikan pembuktian nyata, sejak tahun 2011 hingga saat ini RPH Kota Malang selalu mendapat penghargaan dari pemerintah pusat.
Kementerian Pertanian RI memberikan penghargaan sebagai Rumah Potong Hewan terbaik di Indonesia pada akhir 2015 lalu. Penghargaan tersebut merupakan yang kesekian kalinya bagi kepemimpinan Djoko di RPH Malang.
Djoko tak segan menjelaskan kunci kesuksesan RPH Malang selama masa kerjanya. Menurutnya cukup dengan manajemen yang baik dan inovasi-inovasi untuk menunjang distribusi daging.
“Manajemen yang baik itu artinya dengan mempersolid hubungan internal, hingga menular kepada hubungan eksternal dalam membangun kerjasama,” ungkapnya.
Pria yang juga menjadi Ketua Asosiasi RPH Provinsi Jawa Timur tersebut juga mengakui, tidak mudah membawa RPH Malang menjadi yang terbaik di Indonesia. Lebih-lebih harus berurusan dengan puluhan jagal yang berwatak keras dan sulit diatur.
“Dulu, mereka kalau diatur malah marah, secara psikologi orang di RPH memang begitu, emosional,” tambahnya.
Pendekatan humanis dan kekeluargaan terhadap para jagal pun dilakukan, namun gagal. Djoko pun sempat menggunakan taktik dengan mendatangkan polisi untuk memaksa para jagal bengal itu sadar aturan main. Bahkan tak sedikit dari mereka yang ditahan sehari dua hari sebagai pelajaran dan akhirnya berhasil mengatasi kebengalan tersebut.
Usai memperkuat hubungan internal, Djoko pun mencoba meyakinkan Pemkot dan Dewan. Atas kemajuan, perubahan, dan inovasi yang telah dilakukan, berbagai fasilitas yang dibutuhkan datang dengan sendirinya dari Pemkot. Yang membanggakan PD RTH pun mampu menjawab kepercayaan tersebut dengan sejumlah prestasi.
Hampir 200 sapi dipotong dan didistribusikan ke berbagai Kabupaten/Kota di Jawa Timur dalam sehari. Pihak PD RTH masih belum berani memasarkan ke luar Jatim lantaran di daerah sendiri permintaan konsumen sangat tinggi.
Djoko bekerjasama dengan pasar-pasar yang ada di Kota Malang untuk kelancaran distribusi daging. Dibangunlah kios-kios khusus yang ada keterangan bahwa daging yang dijual berasal dari RPH. Manfaatnya tentu besar, karena jelas memiliki sertifikat dan dari sisi kesehatan juga sudah terjamin. Hal inilah yang membuat distribusi daging tidak pernah menurun. Bahkan, RPH Malang sendiri sampai kekurangan sapi untuk terus memproduksi daging tiap harinya.
Dalam satu tahun, PD RPH mampu mengumpulkan keuntungan mencapai Rp 160 juta. Tentu saja ini berkat kerja keras dan kerja cerdas. Keuntungan tersebut sebagian besar kemudian menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Djoko mengklaim sejak masa kepemimpinannya tidak pernah mengalami kerugian.
Meski telah mendapatkan beberapa prestasi mengharumkan Kota Malang, Djoko mengakui jika PD RPH Malang masih memiliki banyak hal yang harus dibenahi. Menurutnya keberadaan RPH harus terus dievaluasi, karena eksistensinya sangat penting, bukan hanya sekadar potensi mendapatkan PAD, melainkan lebih penting dari itu adalah bisa menjamin kesehatan masyarakat.
Di RPH Malang, tak hanya ada sapi sebagai hewan ternak, karena ada pula babi. Namun demikian, ada semacam sub-RPH, jadi setiap jenis hewan memiliki RPH sendiri yang tidak disatukan. Hal ini membuat secara hukum negara dan hukum agama daging hewan produksi RPH Malang sudah terjamin aman dan halal.
Rumah Potong Hewan Malang tak mematok tarif mahal. Untuk potong sapi/kerbau/kuda biayanya hanya 55 ribu rupiah, babi 65 ribu rupiah, dan kambing/domba hanya sembilan ribu rupiah. Sementara untuk potong dalam kondisi darurat sedikit lebih mahal. Untuk sapi/kerbau/kuda biayanya 66 ribu rupiah, babi 76 ribu rupiah dan kambing/domba 14 ribu rupiah.