
Monumen Singo Edan, Ikon Kerukunan Warga Samaan dan Rampal-Celaket (C) KEL. KIDUL DALEM
Selain patung tiga singa di depan kantor Arema, Arek Malang punya ikon lain di Jalan Lembang. Dengan nama resmi Monumen Singo Edan, patung singa itu menjadi ikon kerukunan bagi warga dua kelurahan, yakni Samaan dan Rampal-Celaket.
Dengan panjang dua meter dari ujung ekor hingga moncongnya, monumen tersebut berdiri gagah berani ‘menjaga’ taman kampung setempat. Memperlihatkan ekspresi sedang mengaum dengan kaki depannya menahan bola, mempertegas kegarangan sosok singa. Kulitnya yang sengaja diwarnai dengan cat keemasan mampu memantulkan sinar matahari terhadap para pengguna jalan di pertigaan jalan di mana si patung singa berada.
Monumen ini dibangun pada tahun 2000 dan diresmikan setahun kemudian. Biaya pembangunannya menelan dana sekitar enam juta rupiah. Dana tersebut dikumpulkan secara swadaya oleh warga Kelurahan Samaan dan Kelurahan Rampal-Celaket.
Disain dan proses pembuatannya dikerjakan oleh seorang seniman asli Malang, Ono Sumarsono. Konstruksinya terbuat dari bahan beton cor bertulang. Bambang Sujianto, mantan Sekretaris pembangunan taman dan monumen Singo Edan itu menjelaskan, awalnya monumen ini akan dibuat dengan bentuk singa berdiri dengan gestur kaki depan siap menerkam. Karena besinya hanya seukuran jari kelingling, maka tak kuat menahan beban, sehingga bagian kepalanya terputus.
Peresmian monumen ini sendiri terbilang cukup mewah, karena dihadiri sejumlah pejabat pemerintahan, pengurus Yayasan Arema kala itu, Lucky Acub Zaenal (Alm.), manajer Iwan Budianto, dan tentunya Aremania. Bahkan rombongan Pasopati (supporter Persis Solo) turut hadir dalam acara peresmian yang digelar dari pagi hingga malam tersebut. Yang meresmikan Drs. Nicolaus Eko PgD. MSc., selaku Kapolresta Malang saat itu, karena H. Suyitno, Walikota Malang kala itu sedang ke luar negeri.
Kampung Samaan dan Rampal-Celaket sendiri menjadi basecamp bagi Aremania Korwil Ngalengka (Jalan Ngantang, Jalan Lembang dan Jalan Kaliurang). Tak heran jika patung singa yang menghadap ke arah utara tersebut sekaligus menjadi simbol pemersatu bagi Aremania setempat. Selain itu, monumen ini juga diharapkan menjadi ikon Kota Malang yang kental dengan budaya Arema-nya.