
Situs Watu Lumpang di Beji Batu | Foto: Cukup Miko Saja
Salah satu peninggalan sejarah yang ada di Kota Batu adalah situs Watu Lumpang, situs yang belum banyak dikenal oleh masyarakat itu berada di Dusun Sawahan, Beji, Kota Batu.
Situs ini letaknya memang tersembunyi dibalik rerumpunan semak-semak dan berada di tepi sungai yang menjadi batas Desa Beji dan Desa Torongrejo. Tidak heran meskipun berada di tepi jalan, keberadaannya luput dari perhatian pengguna jalan yang berlalu lalang. Apalagi di lokasi tersebut tidak ada sebuah tanda yang menyatakan tentang keberadaanya.

Satu-satunya penanda yang mungkin bisa menjadi ancer-ancer buat yang ingin melihatnya adalah adanya atap seng dengan bangunan semi permanen dari kayu.
Watu lumpang ini berbentuk hampir persegi dengan lubang di tengahnya. Diameternya kurang lebih mencapai 120 centimeter dengan tinggi 35 centimeter. Ketiadaan papan juga dilengkapi dengan ketiadaan referensi yang disusun oleh Pemerintahan Kota Batu tentang fungsinya.

Namun, setidaknya ada 11 tempat di berbagai penjuru Batu ditemukan alat ini, mulai dari Dadaprejo, Pendem, Junrejo, Mojorejo, Beji, Pandanrejo, Lejar, Sisir, dan Pesanggrahan. Dikatakan jika benda ini adalah peninggalan Megalitikum.
Watu Lumpang digunakan sebagai alat pelumat biji-bijian (jenis padi-padian), dan secara relegius digunakan sebagai perlengkapan upacara kesuburan tanah dan tanaman yang ada pada masa Hindu Budha dikenal sebagai upacara Dewi Sri.
Selain itu, berdasarkan keterangan dalam sumber data prasasti di daerah lain, lumpang batu juga digunakan sebagai perlengkapan upacara penetapan daerah perdikan (Sima). Pada acara tersebut dilakukan pemotongan leher ayam (menetek guluning ayam) dengan lumpang batu sebagai landasannya.