
Makam Soekoen yang jadi bagian dari Bouwplan III (C) NGALAM.ID
Pada masa awal terbentuknya Kota Malang pada 1 April 1914, lahan untuk pemakaman warga Belanda yang terpisah dari makam Muslim dan Cina, semakin menyempit. Hal ini menimbulkan sebuah gagasan untuk membuat rencana pengembangan Kota Malang tahap III (Bouwplan III) setelah tahun 1920-an.
Pada masa itu, makam di Malang bisa dibedakan menjadi tiga kelompok. Pertama, makam bagi warga Eropa di Klojenlorstraat, dekat bekas perbentengan Belanda kuno. Kedua adalah komplek makam Muslim dan penduduk setempat di daerah Soekoredjo, di sebelah utara jalan yang dinamakan Kutobedahstraat. Sedangkan di sebelah selatan dari jalan Kutobedah tersebut ada makam khusus Cina. Pada perkembangan Kota Malang selanjutnya, dua daerah makam yang disebut terakhir, masih terus dipertahankan hingga kini.
Karena dinilai makam untuk warga Eropa kurang luas dan tidak layak, pihak Dewan Kota (Gemeenteraad) menggelar rapat pada tanggal 26 Agustus 1919 dan 26 April 1920. Mereka memutuskan untuk membangun tambahan kompleks pemakaman bagi orang Eropa. Pedomannya, kompleks tersebut haruslah lebih luas untuk menampung kuburan-kuburan bagi orang Eropa yang ada di Malang.
Kemudian, daerah yang dipilih adalah Soekoen (Staadgemeente Malang 1914-1939: XLVI). Daerah pemakaman baru itu terletak di sebelah barat daya kota. Daerah Soekoen dipandang waktu itu masih cukup luas dan penduduknya masih jarang, sehingga tidak begitu banyak perumahan yang harus digusur.
Pemilihan Soekoen sendiri bukannya tanpa pertimbangan. Daerah itu dipilih setelah melalui perdebatan dalam rapat Dewan Kota. Saat itu sejumlah nama daerah sudah disodorkan oleh Dewan Kota, namun akhirnya mereka memutuskan makam warga Eropa akan ditempatkan di Soekoen.
Sebelumnya, pada tanggal 31 Mei 1918 Barena dan Kaoeman pernah sempat dipilih Dewan Kota. Tanah seluas 25 ha disiapkan, tetapi kemudian justru rencana itu dibatalkan. Setelah itu, Pemkot mencoba melihan daerah Lowokwaroe, namun hasilnya nihil, dan justru diprotes oleh penduduk sekelilingnya.
Pembangunan kompleks kuburan Soekoen tersebut dilakukan secara bertahap. Awalnya, Pemkot membangun pintu gerbang serta sebagian dari kompleks tersebut. Jika mata jeli melihatnya, sampai sekarang pintu gerbang ini masih berdiri megah di balik SPBU Sukun. Kompleks kuburan Soekoen ini dibangun sekaligus untuk menampung pindahan kuburan orang Eropa dari Makam Klojenlor yang dianggap sudah tak layak huni.