
Tari Topeng Malangan menjadi ciri khas di Kampung Budaya Polowijen, Kota Malang (Foto: Arema Media)
Keberadaan Kampung Budaya Polowijen menambah deretan kampung tematik di Kota Malang. Mengusung tema budaya lokal Malang, kampung ini jadi sasaran wisatawan.
Kampung yang berlokasi di Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang ini menampilkan beragam situs warisan budaya. Mulai dari tari Topeng Malangan, makam Mbah Reni yang merupakan orang pertama pembuat Topeng Malangan, Sumur Windu tempat pemandian Ken Dedes di zaman dahulu, dan masih banyak lagi. Seringkali wisatawan yang berkunjung adalah kalangan akademisi yang melakukan studi banding dan para budayawan.
Selain untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya setempat, Kampung Budaya sendiri ditujukan untuk membangkitkan ekonomi kreatif masyarakatnya. Maka tak heran jika di kampung ini dijumpai sentra-sentra industri kreatif seperti kerajinan topeng, aneka gerabah, seni pahat, seni pertunjukan, dan lainnya.
Tak hanya itu, bagi pengunjung yang tertarik dan ingin belajar kesenian, ada fasilitas yang disediakan oleh pengelola Kampung Budaya. Misal, jika ingin belajar tari Topeng Malangan, pengunjung bisa berkunjung ke kediaman penarinya, salah satunya adalah Mbah Kari. Beliau akan menceritakan mengenai sejarah Topeng Malangan di Malang dan informasi lain seputar kesenian tersebut.
Jika pengunjung tertarik untuk membatik, Kampung Budaya juga menyediakan fasilitas belajar membatik. Begitu pula yang senang dengan dunia gerabah dan seni pahat.

Pemerintah Kota Malang mendukung keberadaan kampung yang kreatif dan inovatif ini. Minggu (2/4) lalu, Wali Kota Malang, H. Moch. Anton alias Abah Anton meresmikan Kampung Budaya Polowijen.
Kampung yang mengusung warisan budaya di Kota Malang memang tidak hanya di Polowijen saja. Ada juga di Buring, Celaket, dan Sukun. Oleh karena itu, untuk memberikan ciri khas dari kampung di Polowijen adalah dengan menonjolkan tari Topeng Malangan.
Menjadikan Topeng Malangan sebagai ikon bukanlah tanpa alasan. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Ida Ayu Made Wahyuni, perkembangan kesenian tersebut di Malang semakin menggeliat. Baik itu dari pembuatan topengnya, maupun seni tarinya. Lokasi kampung budaya Polowijen sangat tepat, dilihat dari sisi histori, demografi, dan SDM yang sudah mendukung.
Rencananya, akan terus ada pengembangan dan inovasi. Hal ini juga berguna untuk proyeksi pariwisata di Kota Malang. Sehingga dapat menarik lebih banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.