Maret 27, 2023
?>
ILUSTRASI: Mantan tentara Jepang menjadi bagian penting kekuatan PGI, termasuk saat menyerang Pos Belanda di Tumpang (C) DAINIPPONJEPANG

ILUSTRASI: Mantan tentara Jepang menjadi bagian penting kekuatan PGI, termasuk saat menyerang Pos Belanda di Tumpang (C) DAINIPPONJEPANG

Pernah mendengar cerita perjuangan Pasukan Gerilya Istimewa (PGI) di Malang Selatan? Mereka bertugas menyerang pos-pos Belanda di kawasan tersebut, termasuk ke Tumpang. Bagaimana kisah menariknya?

Cerita keberhasilan Pasukan Gerilya Istimewa (PGI) menyerang pos-pos Belanda di kawasan Malang Selatan tak hanya berhenti di Desa Pajaran, Poncokusumo saja. Sebab, salah satu pasukan elit Indonesia di masa lampau itu sukses melakukan serangan ke pos musuh yang ada di Tumpang.

Selang dua bulan setelah berhasil memporak-porandakan pos Belanda di Desa Pajaran pada 30 Agustus 1948, PGI kembali menyusun rencana penyerangan. Kali ini kampung tetangga di Tumpang yang disasar. Setelah merencanakan serangan dengan matang, penyerbuan pun dilancarkan PGI pada tanggal 3 Oktober 1948.

Dalam buku Perjuangan Total Brigade IV, Rahmat (Shigeru Ono) dan N. Sugiyama (Sukardi) mengisahkan bahwa untuk melakukan serangan tersebut, PGI tak sendiri. Pasukan yang terdiri dari para mantan serdadu Jepang yang bergabung dalam kesatuan Tentara Rakyat Indonesia itu dibantu oleh rakyat dari daerah Wajak. Alasan mereka memperbantukan rakyat dalam serangan gerilya tersebut untuk menambah kekuatan melawan Belanda.

Sayang, dalam buku tersebut, Rahmat (Shigeru Ono) dan N. Sugiyama (Sukardi) tak menceritakan secara detail kronologi penyerangan tersebut hingga akhirnya kemenangan berpihak pada PGI. Hanya saja, dari cerita tersebut diketahui bersama rakyat Wajak, PGI mengadakan penyerangan yang intensif disertai penggunaan bahan peledak sambil melakukan pembakaran-pembakaran di mana-mana.

Hasil yang diperoleh dalam serangan ini salah satunya adalah terbakarnya asrama tentara Belanda di daerah Tumpang. Pasukan Belanda pun banyak yang tewas oleh serangan tersebut. Sementara itu, di pihak PGI tidak ada kerugian maupun korban jiwa. Sebaliknya, moril pasukan dan rakyat justru dapat terangkat setelah memenangkan pertempuran tersebut.

?>