Maret 23, 2023
?>
Jalan Kartanegara

Jalan Kartanegara

Ada beberapa spot di Jalan Kertanegara yang sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai wisata sejarah yang sepertinya kini belum terlalu serius digarap Pemkot Malang. Apa sajakah itu?

Selain Kayutangan dan Ijen, Kota Malang punya banyak jalan yang menarik untuk digali potensi wisata sejarahnya, karena tak lepas reputasi kota ini sebagai salah satu kota tua yang ada sejak era Kolonial Belanda. Potensi itu pula lah yang tampak jika Anda berkunjung ke Jalan Kertanegara, di Kecamatan Klojen.

Jalan Kertanegara membentang sepanjang kurang lebih 200 meteran saja, menghubungkan Jalan Trunojoyo di sisi timur, dan Jalan Tugu depan Balaikota Malang di sisi barat. Secara alur, jalan ini memang tak punya belokan, karena hanya lurus saja dengan sumbu timur-barat. Ada Stasiun Malang Kotabaru di ujung jalan sebelah timur, yang menjadi jujugan utama para pelancong yang menggunakan moda transportasi kereta dari dan ke Kota Malang. Sementara di ujung barat, jalan ini akan berpotongan langsung dan merupakan salah satu bagian dari lima sumbu jalan di Alun-alun Bunder (Jalan Tugu).

Meski namanya tidak setenar Jalan Besar Ijen, namun Jalan Kertanegara juga termasuk dalam sejarah pengembangan Kota Malang. Jalan ini masuk dalam rencana pengembangan kota tahap V alias Bouwplan V di mana Pemerintah Kota Malang kala itu fokus memperluas area kota ke arah barat. Bersama Jalan Kahuripan dan Jalan Semeru di sisi barat Alun-alun Bunder, Jalan Kertanegara menjadi poros timur yang membelah kawasan penting Jalan Kayutangan sebagai jalur utama dari timur ke barat menuju Jalan Besar Ijen yang merupakan hasil dari Bouwplan V. Maka tak heran jika penampakan Jalan Kertanegara kini mirip seperti Jalan Besar Ijen di mana terdapat taman median jalan di tengah dua ruas jalannya. Hanya saja, tepian jalan ini tidak didominasi oleh Pohon Palem seperti di Jalan Besar Ijen.

Di sisi utara pertigaan Jalan Kertanegara dan Jalan Trunojoyo berdiri tegak Monumen Singo Edan yang ada di sisi Taman Trunojoyo. Sesuai dengan nama tamannya, patung tiga singa bercat emas ini memang secara administratif masuk dalam kawasan Jalan Trunojoyo, namun siapa pun yang melintas di ujung timur Jalan Kertanegara bakal dengan mudah melihat monumen tersebut.

Satu lagi potensi wisata sejarah yang terdapat di Jalan Kertanegara adalah Monumen Juang 45 yang terletak di ujung timur taman median jalannya. Digambarkan dengan seorang raksasa yang tumbang, monumen atau patung bercat warna tembaga tersebut berdiri gagah di seberang Stasiun Malang Kotabaru sebagai simbol perlawanan tirani. Monumen ini menggambarkan kalahnya penjajah Jepang dan Belanda yang disimbolkan sebagai raksasa melawan rakyat yang disimbolkan dengan 19 patung yang ukurannya lebih kecil. Simbol rakyat dibuat berbeda satu sama lain, sebagian di antaranya ada yang berperang melawan raksasa yaitu TNI dan para pejuang, ada pula sebagian yang lain berangkat untuk mengungsi yaitu masyarakat sipil.

Sebenarnya, dari namanya sendiri, Jalan Kertanegara sangat lekat dengan sejarah masa-masa kejayaan era kerajaan di Malang. Sekadar untuk diketahui bahwa Kertanegara merupakan nama raja dari Kerajaan Singosari yang membawa kerajaan tersebut memasuki masa-masa kejayaan, sebelum akhirnya meninggal dunia. Bisa dibilang, Singosari merupakan cikal-bakal Kerajaan Majapahit yang merupakan panguasa Nusantara di masa setelahnya.

Satu lagi, Jalan Kertanegara tak bisa dilepaskan dari keberadaan kantor klub sepakbola kebanggaan Malang Raya, Arema FC yang berada di sisi barat Taman Trunojoyo. Kantor ini bisa dibilang menyimpan banyak sekali memori perjalanan klub tersebut sejak lahirnya pada 11 Agustus 1987 silam. Memori itu tersaji dalam bentuk trofi-trofi yang pernah dimenangkan Arema, foto-foto, juga replika jersey. Sebenarnya, jika dibuat museum Arema bakal lebih mengundang wisatawan, terutama pecinta Arema untuk mengunjungi spot di Jalan Kertanegara Nomor 7 tersebut.

?>