
Istri Mr. Han di salah salah satu pojok perpustakaan Mr. Han | Foto instagram @ukmp_um
Literasi sudah menjadi suatu bagian penting dalam sebuah perjalanan hidup. Hampir semua orang pernah mencicipi dunia ini. Tak ubahnya fasilitas seperti perpustakaan akan terus berkembang. Salah satunya yaitu perpustakaan Mr. Han.
Nama perpustakaan ini diambil dari nama pemiliknya, Mr. Han. Mr. Han merupakan warga Korea Selatan bernama lengkap Han Hyuk Joo yang kini sedang menempuh jenjang pendidikan S-3 di Malang.
Ia mendirikan perpustakaan yang terletak di desa Karangwidoro, Dau, Malang ini karena ia juga ingin mengembangkan dunia pendidikan di Indonesia. Salah satunya dari bidang literasi.
Pemilihan desa Karangwidoro bukan tanpa alasan. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, ternyata masyarakat disana masih berat untuk membeli buku. Hal ini terkait dengan harga buku di Indonesia yang masih tergolong mahal untuk masyarakatnya.
Meskipun Mr. Han kini tinggal di Indonesia, ia tetap membawa kebudayaan negaranya disini. Dimana konsep perpustakaan Mr. Han yang mirip dengan perpustakaan-perpustakaan yang ada di Korea.
Konsep yang dimaksud yaitu durasi minimal membaca berdasarkan usia pembaca. Misal untuk anak-anak, harus membaca selama 10-20 menit untuk dapat memasuki ruang bermain edukatif. Untuk dewasa, durasi bacanya lebih lama daripada anak-anak, yaitu 30 menit.
Sistem klasifikasi perpustakaan ini didasarkan pada sistem desimal dewey. Yang mana klasifikasinya didasarkan pada subjek, kecuali untuk karya umum dan fiksi. Buku-bukunya memiliki kode angka. Jumlahnya lebih dari tiga digit. Setelah digit ketiga diberi tanda titik untuk diteruskan angka berikutnya. Kode angka ini ditempel seperti stiker di punggung buku.
Selain menggunakan klasifikasi desimal dewey, juga didasarkan pada warna dan gambar bendera. Harapan dengan klasifikasi seperti ini, pengunjung yang utamanya adalah anak-anak lebih mudah dan betah dalam mencari buku yang diinginkan.
Jika dibandingkan dengan Korea, perpustakaan di Indonesia masih jarang yang memiliki program-program pendukung. Salah satu program pendukung yang ada di Korea yaitu program membaca untuk keluarga.
Sedangkan di Indonesia, mayoritas perpustakaan hanya digunakan untuk tempat membaca dan meminjam buku.
Dengan adanya perpustakaan-perpustakaan yang memiliki konsep bermacam-macam seperti ini harapannya dapat semakin menumbuhkan minat baca yang ada di Indonesia. Utamanya Malang yang dijuluki sebagai kota pendidikan.