Maret 24, 2023
?>
Gertrude Margarete Zelle alias Mata Hari (C) SPYMUSEUM

Gertrude Margarete Zelle alias Mata Hari (C) SPYMUSEUM

Setelah datang ke Indonesia melalui Batavia pada 1897, setahun kemudian, ia mengikuti suaminya, Mayor Macleod yang bertugas sebagai perwira KNIL tinggal di Malang. Itulah sosok Mata Hari.

Nama aslinya adalah Gertrude Margarete Zelle, yang lebih tenar dipanggil Mata Hari. Wanita Belanda berparas cantik ini terkenal sebagai mata-mata internasional di Perang Dunia I, selepas merajut kisah manis bersama sang suami, Mayor Rudolph Macleod di Malang.

Mata Hari pertama kali datang ke Indonesia melalui Batavia pada 1897 dengan menggunakan kapal uap Princes Amalia. Setahun kemudian, tepatnya tahun 1898, wanita kelahiran 7 Agustus 1876 di Leeuwarden, tempat ayahnya membuka toko topi itu mengikuti suaminya, Mayor Macleod yang bertugas sebagai perwira KNIL (Koninklijke Nederlands-Indische Leger) atau tentara Kerajaan Hindia Belanda di Malang.

Keduanya tercatat pernah tinggal di markas KNIL di Lawang yang sekarang menjadi markas POM. Selain di Lawang, Mata Hari juga pernah tinggal di Tumpang selama kurang lebih empat tahun, lebih tepatnya hingga tahun 1902 lagi-lagi untuk mengikuti tugas sang suami.

Selama tinggal di Malang, Mata Hari mendadak jatuh cinta kepada seni tari dari Jawa. Nalurinya sebagai seorang penari membuatnya punya inisiatif untuk mengombinasikan tarian Jawa dengan tarian balet modern yang lebih dahulu dikuasainya. Tarian kombinasi tersebut akhirnya menjadi karya andalan yang dibawakannya dalam setiap pertunjukan.

Ternyata, bukan hanya tariannya saja yang menarik hatinya untuk dikombinasikan. Mata Hari pun mencoba memadukan kostum menarinya dengan kultur Jawa. Ia mengadopsi busana serta asesoris khas Jawa yang ditemuinya di Malang. Mulai dari mengombinasikan kostum balet ala Eropa-nya dengan baju batik, sehingga kostum tersebut akhirnya menjadi ciri khasnya. Salah satu ciri khas dalam setiap pertunjukannya itu adalah sumping di telinga, klat bahu di lengan, uncal, dan sampur seperti yang digunakan para penari wayang orang.

Perkawinannya dengan Mayor Macleod rupanya tidak berlangsung bahagia, sehingga tak heran pada tahun 1902 keduanya sepakat bercerai, dan Mata Hari pun akhirnya meninggalkan Malang. Sempat tinggal sebentar di Surabaya, penari berparas menggemaskan itu pun kembali ke Belanda. Karena tunjangan yang dijanjikan mantan suaminya tak kunjung diberikan, sehingga Mata Hari pun kehabisan uang. Untuk menyambung hidup, pada tahun 1904, ia pergi ke Paris dan menjadi penari di sebuah kelompok sirkus. Tak butuh waktu lama baginya untuk menjadi pujaan banyak orang, termasuk dari kalangan pejabat tinggi. Dari Prancis, Mata Hari berpetualang ke Inggris, Jerman dan Spanyol. Singkat cerita, ia menjadi pelacur khusus mereka dengan jabatan tinggi, sembari menjadi agen alias mata-mata internasional, hingga pecahnya Perang Dunia I yang mengantarnya ke akhir ajal. Mata Hari ditembak mati di Prancis di depan sepasukan tukang jagal pada 15 Oktober 1917.

Sumber:
Radar Malang
Majalah Matra

?>