
SMKN 4 Malang | Foto nevicc.wordpress.com
Sejak jaman penjajahan Belanda, sudah ada beberapa perusahaan percetakan yang menerbitkan surat kabar untuk diedarkan di Malang dan sekitarnya. Berikut beberapa perjalanan percetakan yang sempat berdiri.
Seperti yang dikutip dari Terakota, percetakan terlama yang berhasil diketahui yaitu Snelpersdrukkerij. Snelpersdrukkerij berdiri pada tahun 1907. Percetakan yang didirikan oleh Kwee Khay Khee tersebut menerbitkan koran Tjahaja Timoer. Koran tersebut beredar pada masa penjajahan Belanda.
Pada tahun 1918, industri percetakan masih dipegang warga tionghoa. Terbukti dengan berdirinya Paragon Press oleh Kwee Sing Thay. Alat-alat yang dimiliki Paragon Press dikenal paling modern kala itu. Lokasi percetakan ini diduga berada di daerah Mergosono.
Dua tahun berikutnya, 1920, berdiri Perfectas yang fokus menerbitkan majalah dan karya sastra. Salah satu buku terbitannya yang fenomenal yaitu Indonesia Dalem Bara & Api (1947) karya Tjamboek Berdoeri.
Meskipun tiga percetakan diatas berdiri pada masa penjajahan Belanda, namun Perfectas yang beralamat di Jl. Wiro Margo masih bertahan pada era-era berikutnya. Pada era kemerdekaan, Perfectas melebarkan sayapnya dengan menerbitkan komik impor yang sudah ditransliterasi ke dalam bahasa Indonesia.
Selain itu, sejarah percetakan di Malang juga diwarnai dengan berdirinya sekolah khusus percetakan. Adalah Sekolah Teknik Pertama Percetakan Grafisce School (SMKN 4 Grafika) pada tahun 1938-1954. Sekolah ini sempat berpindah lokasi dari yang sebelumnya berada di Jl. L.A. Suprapto ke Jl. Tanimbar.
Sekolah percetakan yang didirikan oleh Mrg. Aliers, O.Carm dan dipimpin oleh Fr. Cicilianus H.C.A Lommelaars sempat beberapa kali berganti nama. Sebelum akhirnya dikenal sebagai SMKN 4 Malang (1996), namanya berubah menjadi Sekolah Kerajinan Negeri (SKN) dan Sekolah Menengah Teknik Grafika Malang (1959).
Selain beberapa percetakan sekaligus penerbit media cetak yang berhasil diketahui, ada juga media cetak yang belum diketahui siapa penerbitnya. Beberapanya yaitu Pergaoelan (1930) yang mengabarkan tentang pergerakan lokal dan nasional, Al Ichtijaar (1937) yang memberitakan mengani Jambore Hizbul Wathan se-Jawa Timur, dan De Malanger (1929).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hudiyanto pada tahun 2007, ada 18 percetakan yang ada di Malang pada tahun 1951. Akan tetapi, usaha-usaha percetakan tersebut sudah sulit untuk dilacak keberadaannya. Salah satunya karena pihak militer yang menutup usaha-usaha orang tionghoa. Dimana percetakan yang berdiri pada masa penjajahan Belanda didominasi oleh warga Tionghoa.