April 2, 2023
?>
Seksi Wanita Brigade XIII Malang. Berdiri dari kiri: Soekesi, Tutuk Rukamah (Tokas), Nurul Komariah Soetowidjojo, Marhati. Duduk dari kiri: Ninik Suratmi, Ibu Soeprapti, dan Petty Soepatmi Kadarisman.

Seksi Wanita Brigade XIII Malang. Berdiri dari kiri: Soekesi, Tutuk Rukamah (Tokas), Nurul Komariah Soetowidjojo, Marhati. Duduk dari kiri: Ninik Suratmi, Ibu Soeprapti, dan Petty Soepatmi Kadarisman.

Saat terjadi perang kemerdekaan, Malang menjadi basis tentara dan rakyat Indonesia dalam melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda, termasuk pejuang wanita yang bernama Soeprapti. Siapakah dia?

Malang pernah punya Seksi Wanita Brigade XIII yang turut berjuang di masa perang kemerdekaan. Adalah Soeprapti, sang wanita tangguh yang ditugaskan sebagai pimpinan pasukan wanita yang berjuang di wilayah Karesidenan Malang tersebut.

Jika Surabaya pada masa perang kemerdekaan punya tokoh pejuang wanita terkenal bernama Dar “mortir”, Kota Malang pun bangga pada sosok pejuang wanita bernama Soeprapti. Sejak Seksi Wanita Brigade XIII terbentuk namanya terpilih menjadi komandan pasukan.

Sebelum meletusnya perang kemerdekaan, Soeprapti adalah Kepala Sekolah Kepandaian Putri di Probolinggo. Karena panggilan Ibu Pertiwi untuk turut berjuang, kedudukan terhormat itu ditinggalkannya. Tak tanggung-tanggung, ia beranikan diri untuk terlibat dalam lingkungan perjuangan dengan mengangkat senjata.

Soeprapti dan kelompok pejuang wanitanya telah ikut berjuang sejak pertempuran Surabaya sampai dengan perang gerilya di wilayah Karesidenan Malang. Beberapa tugas yang pernah mereka jalankan semasa pertempuran Surabaya adalah bertugas sebagai anggota palang merah dengan memberikan bantuan perawatan kepada korban perang yang mengalami luka-luka, mengurus jenazah-jenazah yang menjadi korban pertempuran, serta ikut berjuang menjadi juru masak di dapur umum.

Setelah ikut mundur dalam pertempuran Surabaya, ke daerah Sidoarjo hingga Japanan, di sanalah kebanyakan dari mereka memperoleh panggilan untuk bergabung dengan Biro Perjuangan dalam kelompok PGPS (Pemuda Gabungan Pemudi Surabaya), yang dilatih dalam area Jawa Timur. Soprapti pun memutuskan untuk bergabung dalam pelatihan pasukan tersebut. Soeprapti dan pejuang wanita lainnya kemudian dilatih di Biro Perjuangan TNI-Masyarakat Brigade XIII.

Induk dari kesatuan wanita tersebut mengalami kekosongan kala TNI-Masyarakat terlibat dalam Madiun Affair 1948. Letnan Kolonel drh. Soewondho pun akhirnya mengumpulkan pasukan wanita ini di daerah Sumberpucung dan menyampaikan pesan bahwa sejak saat itu mereka di bawah naungan CMK Malang dengan dirinya sebagai pucuk pimpinan. Sejak saat itu pula, mereka menjadi sebuah kesatuan khusus, yaitu Seksi Wanita dengan komandan Soeprapti.

Ketika Belanda melakukan agresi militer II, Seksi Wanita yang markasnya berkedudukan di Sumberpucung ikut melakukan penyerbuan bertajuk Wingate Action ke daerah pendudukan Belanda. Selanjutnya, sebagian dari mereka berada di daerah Ketawanggede dan Dinoyo, Kota Malang. Sementara itu, Soeprapti sang komandan berjuang di sekitar Sumberporong, Lawang bersama sebagian pasukan. Pasukan yang dipimpinnya tak pernah tinggal menetap di satu daerah, untuk menghindari perhatian pasukan Belanda.

Semasa perang kemerdekaan, terdapat beberapa anggota Seksi Wanita Brigade XIII ini yang gugur di medan perang. Salah satunya adalah Kurnia yang gugur di daerah Kesamben. Atas jasa-jasa yang disumbangkan kepada bangsa dan negara, pemerintah RI menganugrahi Soeprapti dan anak buahnya para pejuang wanita masing-masing Bintang Gerilya.

?>