
Monumen Pesawat MIG-17 Fresco berdiri gagah di persimpangan Jalan Suhat (C) WIKIPEDIA
Banyak monumen yang didirikan di Kota Malang untuk menandai peristiwa-peristiwa bersejarah, tak hanya yang terjadi di kota tersebut, melainkan juga peristiwa di negeri ini. Salah satunya adalah Monumen Pesawat MIG-17 Fresco yang berada di persimpangan Jalan Soekarno-Hatta.
Dikutip dari laman www.indomiliter.com, MIG-17 termasuk di antara jajaran pesawat tempur modern (pada tahun 1960-an) yang pernah dimiliki Angkatan Udara Republik Indonesia. Pesawat yang dinilai lincah dalam melakukan pergerakan udara itu datang dalam satu paket bersama MiG-15 Fagot, MiG-21 Fishbed, Tu-16 dan lain-lain, sebagai hasil hubungan mesra Indonesia dengan Uni Soviet. Mulai masuk AURI pada 1960, usia operasional pesawat ini termasuk sangat singkat untuk sebuah jet tempur, karena harus pensiun pada tahun 1969.
Kelahiran MiG-17 Fresco dibidani oleh Mikoyan-Gurevich, salah satu pabrikan pesawat perang tersukses di Uni Soviet. Pesawat yang dirancang sebagai fighter ini merupakan bentuk penyempurnaan dari pendahulunya, MiG-15 Fagot. Mulai dari bentuk dan spesifikasi, semuanya nyaris mirip dengan “kakak”-nya tersebut. Yang membedakan hanya semacam sirip kecil yang membelah sayap. Fagot hanya memiliki dua sirip, sedangkan Fresco memiliki tiga sirip.
Menariknya, pesawat tempur ini didatangkan Indonesia untuk digunakan dalam Operasi Trikora, operasi pembebasan Irian Barat (sekarang Papua) dari cengkeraman Belanda. Namun, kemudian pesawat ini “tak berguna”, lantaran Belanda akhirnya mengurungkan niatnya mengambil kembali Irian Barat. Diduga kuat, kala itu mereka “silau” pada kekuatan pasukan AURI yang membuat Indonesia menjadi Angkatan Udara terkuat nomor empat di dunia pada tahun 1960-an.
Satu dari beberapa pesawat MIG-17 yang dimiliki AURI akhirnya terpajang di Jalan Soekarno-Hatta sebagai penghias taman bundaran di tengah sebuah perempatan jalan. Monumen Pesawat MIG-17 Fresco ini sekaligus menjadi simbol kekuatan AURI di Malang dengan markas besarnya yang berada di Lapangan Udara Abdulrahman Saleh, Pakis, Kabupaten Malang.
Selain itu, monumen ini pun bisa dijadikan tempat berfoto dengan latar belakang yang instagramable. Terlebih bagi masyarakat Malang yang mengaku mencintai sejarah negeri ini. Hanya saja, mengingat ruang yang cukup sempit untuk berfoto, dan lalu lintas di sekitar perempatan tersebut yang cukup padat, Anda harus benar-benar berhati-hati.