Maret 20, 2023
?>
Pabrik Gula Krebet di masa Kolonial Belanda (C) ROB DICKINSON

Pabrik Gula Krebet di masa Kolonial Belanda (C) ROB DICKINSON

Selain Pabrik Gula Kebon Agung, Malang juga punya Pabrik Gula Krebet yang berdiri pada tahun 1906 dan masih beroperasi hingga kini. Bagaimana perjalanan sejarah pabrik gula di wilayah Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang tersebut?

Sebagai salah satu kota tua di Jawa Timur, Malang memiliki dua pabrik gula yang bisa dikatakan menjadi tulang punggung perekonomian di kota tersebut. Selain Pabrik Gula Kebon Agung, ada pula Pabrik Gula Krebet yang masih beroperasi hingga kini.

Jika Pabrik Gula Kebon Agung didirikan pada tahun 1905 oleh seorang pengusaha bernama Tan Tjwan Bie, maka Pabrik Gula Krebet yang usianya lebih muda satu tahun, didirikan oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1906, yang kemudian dibeli oleh konglomerasi Cina pertama di Indonesia, yakni Oei Tiong Ham Concern (OTHC). Pada tahun 1917, pengelolaan Pabrik Kebon Agung diambil alih oleh NV. Handel dengan Landbouws Maatschapij Tideman van Kerchem sebagai direksinya.

Pada era perang kemerdekaan, Pabrik Gula Krebet, yang berada di Desa Krebet, Kecamatan Bululawang rusak parah, karena menjadi salah satu dari ribuan bangunan yang dibumihanguskan tentara dan rakyat Malang. OTHC kemudian menghidupkan kembali pabrik gula ini pada tahun 1953, bekerjasama dengan Bank Industri Negara (BIN). Namun, kemudian pemerintah Indonesia mengambil alih semua aset OTHC pada tahun 1961, termasuk Pabrik Gula Krebet. Pabrik gula ini tetap dioperasikan di bawah pengawasan Jaksa Agung, lalu pabrik ini diserahkan kepada Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan (P3) pada tahun 1964. Lalu, seluruh aset pabrik gula ini oleh Menteri Urusan P3, yang sekarang jadi Kementerian Keuangan dilimpahkan kepada PT Perusahaan Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN) Rajawali Nusantara Indonesia, yang sekarang dikenal sebagai PT Rajawali Nusantara Indonesia.

Pabrik gula yang sekarang memiliki nama resmi Pabrik Gula Krebet Baru ini oleh PT RNI pengelolaannya diserahkan kepada salah satu anak perusahaannya, yakni PT Pabrik Gula Rajawali I. Selain mengelola Pabrik Gula Krebet Baru, PT yang bermarkas di Surabaya itu juga mengelola Pabrik Gula Rejo Agung Baru yang berada di Madiun, yang usia sangat jauh lebih tua, karena sudah berdiri sejak tahun 1894.

Pada tahun 1976, pabrik gula lainnya dibangun berdampingan dengan Pabrik Gula Krebet Baru, dan disebut PG Krebet Baru II. Kapasitas pabrik gula baru yang mencapai 3.000 TCD (tonne sugar cane crushed per day) ini diklaim sebagai pengganti Pabrik Gula Krebet yang lama yang kapasistasnya hanya 2.000 TCD. Namun kemudian, Gubernur Jatim kala itu meminta agar Pabrik Gula Krebet yang lama tetap dioperasikan. Kini, pabrik yang lebih tua itu malah memiliki hasil produksi lebih tinggi, yakni 6.500 TCD vs 5.500 TCD.

Selain memproduksi gula, PT Pabrik Gula Rajawali I juga membuat produk kreasi berupa pupuk organik untuk tanaman tebu. Pupuk organik ini terbuat dari blotong atau limbah hasil produksi yang lebih dulu ditampung di stasiun pemurnian.

?>