Maret 20, 2023
?>
JALUR SEKOLAH BERBEDA! Salah satu sekolah yang isinya warga Belanda di Malang.

JALUR SEKOLAH BERBEDA! Salah satu sekolah yang isinya warga Belanda di Malang.

Jalur sekolah untuk masa sekarang yang paling umum dikenal adalah SD, SMP, SMA ataupun kuliah. Tahukah Anda, pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda ada pembedaan jalur sekolah?

Sekolah di masa Pemerintahan Belanda tergolong rasis, mereka membedakan sekolah berdasarkan keturunannya. Sekolah yang paling dasar ada dua yaitu HIS (Hollandsche Inlandsche School) dan ELS (Europesche Lager School). Keduanya punya jalur sekolah yang berbeda.

Peruntukannya adalah jika itu anak pribumi atau dengan orang tua yang bergaji 100 gulden sebulan, maka bisa bersekolah di HIS. Sedangkan anak pribumi priyayi atau anak pembesar dan pejabat bisa bersekolah di ELS, atau sekolah yang digunakan untuk keturunan Belanda dan warga kulit putih lainnya.

Kota Malang yang menjadi kota sendiri pada tahun 1914 awalnya punya tiga sekolah ELS dan tiga sekolah HIS, kemudian bertambah banyak seiring dengan perkembangan pesat Kota Malang.

Dua jenis sekolah ini menggunakan bahasa pengantar Belanda. Mereka sama-sama belajar selama tujuh tahun. Meskipun menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar, pemerintah Hindia Belanda tidak mewajibkan warganya bisa menggunakan bahasa tersebut.

Menjadi murid HIS, siswa akan bertemu dengan anak-anak Indonesia. Tetapi jika sekolah di ELS, jika itu adalah anak Indonesia, maka dipastikan akan menjadi minoritas sebab pada saat itu tidak banyak golongan priyanyi ataupun anak pembesar dibandingkan dengan anak keturunan Belanda atau warga Eropa lain.

Sebagai minoritas, anak-anak Indonesia yang ‘beruntung’ bisa diterima di ELS harus patuh dan hormat kepada orang Belanda meskipun mendapatkan perlakukan yang terkadang tidak mengenakan. Pada masa itu, warga pribumi mendapatkan sebutan inlander yang strata sosialnya masih berada di bawah inlander.

Perlakuan di sekolah itu hampir sama di luar sekolah. Warga pribumi tidak bebas menikmati hiburan di gedung societeit (sekarang Sarinah) yang menjadi tempat hiburan seperti dansa, bilyard dan lain sebagainya. Termasuk pula beberapa Bioskop di Malang yang tidak bebas dinikmati sembarang orang.

Selanjutnya, lulusan HIS langsung melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) atau setingkat dengan SMP sekarang. Dari MULO selama tiga tahun belajar untuk kemudian berlanjut ke Algemeene Middelbare School (AMS) alias SMA selama tiga tahun. Setelah itu baru bisa kuliah.

Di sisi lain, lulusan ELS kebanyakan langsung sekolah di HBS (Hoogere Burger School), agak berbeda dengan MULO, HBS ini menggunakan sistem pendidikan selama lima tahun sehingga bisa dikatakan SMP dan SMA digabung menjadi satu. Sehingga jika anak pribumi melakukan sekolah selama 13 tahun sampai dia kuliah, maka anak-anak Belanda sekolah dengan durasi 12 tahun saja.

Sekolah AMS dan HBS di Coenplein atau SMA Tugu sekarang.
Sekolah AMS dan HBS di Coenplein atau SMA Tugu sekarang.da,

Di Malang sendiri, AMS dan HBS baru ada pada tahun 1927, kemudian juga ada sekolah kejuruan dengan nama Ambachtleergang yang dibuka pada tahun 1929.

Sistem pendidikan tersebut tentunya ada maksud, karena untuk anak pribumi yang mulai masuk dunia kerja, mereka akan tertinggal satu tahun. Termasuk sekolah lanjutan seperti militer yang punya usia maksimal untuk masuk. Tidak jarang, beberapa pahlawan di Indonesia sempat memudakan usianya agar diterima di sekolah lanjutan.

Untuk kuliah, hanya ada Universitas di Belanda saja, sementara pada waktu itu di Indonesia hanya ada sekolah tinggi seperti School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) yang dikenal juga sebagai Sekolah Dokter dan lain sebagainya.

Sementara jika tidak kuliah, sudah banyak sekali perusahaan Belanda yang menerima atau membuka lowongan pekerjaan. Jangankan HBS atau AMS, yang lulusan MULO atau ELS dan HIS juga sudah diterima di kantor bukan pekerja kasar. Hal ini terjadi karena pada masa itu tidak banyak orang Indonesia yang melek pendidikan.

Catatan: Jalur sekolah di atas adalah jalur umum yang sering dilakukan, karena pada masa pemerintahan Kolonial Belanda ada beberapa sekolah yang bukan HIS atau ELS seperti Hollandsch Chinese School (HCS) untuk anak etnis Tiongkok, Volkschool (sekolah rakyat) yang Ddiajari membaca, menulis, berhitung atau juga sekolah yang dibuat oleh organisasi Muhammadiyah dan lain sebagainya. Selamat hari Pendidikan Nasional!

?>