
Bus Puspa Indah di Terminal Landungsari.
Puspa Indah, begitu nama bis yang merupakan PO (Perusahaan Otobus) asli Malang. Sebuah nama yang sangat dikenal oleh mahasiswa di sekitar wilayah Jombang, Kediri, Lamongan, hingga Tuban yang kini hanya tinggal kenangan karena sudah diakuisisi.
Bus dengan ukuran medium ini melayani tiga trayek yaitu Malang-Ngoro-Kediri, Malang-Ngoro-Jombang, dan Malang-Ngoro-Jombang-Babat-Tuban. Selama lebih dari 30 tahun bus itu seperti menjadi pemenang tunggal di kawasan yang dikenal dengan jalur kelokan itu.
Selama menjadi raja jalanan di pegunungan, Puspa indah bukannya tanpa pesaing. Pada tahun 80-an hingga 90-an bus ini mendapatkan kompetitor dari trayek Malang-Kediri ataupun Malang-Jombang dari PO Hasti. Sebuah perusahaan yang berasal dari Kediri yang kandangnya berada di seberang RS Baptis. Selain Hasti, juga ada PO Harapan Kita yang merupakan anak dari PO Akas II yang pada waktu adalah PO terbesar di Jawa Timur yang bermarkas pusat di Probolinggo.
Tetapi, Puspa indah tetap jaya melawan dua kompetitornya, bus yang berkandang di sebelah kampus Universitas Negeri Malang ini bertahan di tengah gempuran karena memang penumpang menyukai gaya supirnya yang dikenal mahir melawan kelokan di wilayah Malang. Untuk menambah kekuatan, PO itu kemudian sempat diakuisisi oleh HM Anton dan memindahkan garasinya ke Dadaprejo, Batu.
Dikutip dari busdigest, saat masih berkompetisi dengan Hasti pada periode 90-an , trek Malang-Kandangan-Ngoro adalah trek yang seru. Saling intip antara kedua bus selalu terjadi. Salah satu spot tersebut adalah di pertigaan Pasar Kandangan. Biasanya, begitu bus pesaing dari jauh mulai terlihat menyusul, bus yang semula ngetem di sana langsing ngacir melawan, terkadang juga ada saling salip untuk beradu kecepatan dan keahlian.
Spot ngetem lainnya adalah di pertigaan Kuwak di Kota Kediri. Sudah jadi rahasia umum jika slot atau jarak keberangkatan antar bus di trayek ini cukup panjang karena armada yang tidak terlalu banyak. Alhasil, kebiasaan ngetem dan nggandol, saling menunggu kedatangan bus pesaing seolah menjadi hal jamak. Ketika ponsel mulai marak digunakan, peranti ini dipakai awak bus untuk saling mengintip pesaing.
Cerita seru lain adalah rute Kandangan. Trek beraspal di wilayah Kabupaten Kediri ini sebenarnya merupakan short cut atau jalan pintasan rute dari dan Kediri dan Malang. Tapi, karena aturan kepolisian, bus tidak boleh masuk rute ini dan harus memutar ke wilayah Ngoro di Kabupaten Jombang, sebelum masuk ke Terminal Pare. Biasanya, bus yang jam keberangkatannya malam hari memilih rute ini, meski razia petugas kadang juga dilakukan.

Tidak selamanya hidup selalu di atas, karena semuanya berputar bagaikan roda. Hal ini juga dialami oleh Puspa Indah. Karena mereka digoyang oleh PO Bagung yang dikenal sebagai raja Malang-Blitar yang bermarkas di Kepanjen.
Bagong yang punya armada lebih baru dengan kabin yang besar dengan AC tarif ekonomi membuat pelanggan setia dari Puspa Indah ingin mencoba dan akhirnya keterusan. Manajemen Puspa Indah awalnya menyadari fenomena ini, mereka pun melakukan demo kepada Dinas Perhubungan.
Dari demo itu diambil keputusan jika Bagong hanya boleh mengambil penumpang di terminal. Namun, keadaan itu tidak berpengaruh banyak karena memang kebanyakan penumpang adalah dari terminal ke terminal, supir pun mogok dan melakukan bentrokan.
Makin sediikitnya penumpang membuat manajemen bertindak, seakan sudah tidak berdaya melawan, mereka akhirnya menjual seluruh armada busnya kepada Bagong karena pendapatan sudah tidak cukup untuk melakukan pembiayaan.
Puspa Indah dengan pemilik baru yaitu Hary Susilo menjanjikan perubahan demi kenyamanan penumpang. Salah satunya tentu saja memperbaiki sejumlah bus yang sudah menua usianya.