
Pemakaman Pasukan MBK (Mobil Brigade Karesidenan) Malang yang Gugur di Pronojiwo, Lumajang (C) @MATAPADI
Pada masa perjuangan merebut kemerdekaan dulu, Malang memiliki Pasukan MBK (Mobil Brigade Karesidenan) yang tak hanya bertugas di wilayah Karesidenan Malang saja. Pasukan ini mengalami nahas ketika terkepung Pasukan Belanda di daerah Pronojiwo, Lumajang, sebelah timur Kabupaten Malang.
Pertempuran antara Pasukan MBK dan tentara Belanda ini terjadi pada tanggal 13 Oktober 1947. Kisahnya berawal dari adanya informasi dari mata-mata yang mengatakan bahwa pasukan Belanda akan menyerang dari arah barat Lumajang. Artinya serangan berawal dari sisi timur Karesidenan Malang. Maka, saat itu pasukan MBK di bawah pimpinan Agen Polisi I Djamaari kemudian memutuskan untuk bergerak dari timur. Namun pasukan ini pada akhirnya terjebak dalam pertempuran yang tak seimbang. Mereka rupanya kalah dalam jumlah pasukan dengan Belanda yang ratusan jumlahnya.
Kondisi yang demikian tak menyurutkan nyali para pasukan MBK. Mereka yang tak lebih dari 40 prajurit enggan menyerahkan diri, dan lebih memilih untuk terus bertempur hingga peluru terakhir. Bahkan, mereka siap bertempur dengan penjajah hingga tetes darah penghabisan. Pertempuran yang tak seimbang itu membuat sekitar 18 prajurit gugur sebagai pahlawan bunga bangsa, dan 20 sisanya ditangkap tentara Belanda.
Mereka yang gugur akhirnya dimakamkan di Pronojiwo, Lumajang. Dengan khidmat, rakyat setempat turut memberi penghormatan terakhir mereka. Hujan tangis mengiringi pemakaman para prajurit pemberani tersebut. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan nama Insiden Tumpeng.