Maret 21, 2023
?>
Lokalisasi Girun yang telah ditutup sejak tahun 2014 lalu (C) MERDEKA

Lokalisasi Girun yang telah ditutup sejak tahun 2014 lalu (C) MERDEKA

Kini, Lokalisasi Girun telah ditutup sejak tahun 2014 lalu. Namun, lokalisasi ini menyimpan sebuah hikayat tentang seseorang bernama Girun. Seperti apakah kisahnya?

Jika Surabaya pernah punya Dolly, maka Kecamatan Gondanglegi memiliki Lokalisasi Girun, yang menjadi salah satu sisi kelam Malang selatan. Meseki sejak 24 November 2014 telah resmi ditutup, bukan rahasia umum lagi jika nama Girun sendiri cukup melegenda di wilayah tersebut.

Nama Dolly Advonco Chavid atau lebih dikenal dengan panggilan Tante Dolly menjadi legenda hingga kemudian diabadikan menjadi nama lokalisasi di Surabaya. Lokalisasi yang konon terbesar di Asia Tenggara itu kini sudah ditutup sejak 19 Juni 2012 silam. Ternyata, di Malang pun ada hikayat serupa, yang mengisahkan tentang tokoh pendiri bisnis esek-esek yang kemudian namanya melegenda menjadi nama sebuah gang yang tenar akan prostitusinya. Namanya Girun, pendiri lokalisasi ternama di Desa Gondanglegi Wetan, Kecamatan Gondanglegi.

Dilansir dari Malang-Merdeka.com, tokoh masyarakat di Lokalisasi Girun, Sukartadji Nugroho menceritakan sejarah berdirinya tempat prostitusi tersebut. Sejatinya, pendiri awalnya bukanlah Girun. Awalnya, sekitar tahun 1980 seseorang bernama Buaman menampung tuna wisma di rumahnya. Kemudian, ia membuat petak-petak rumah sebagai tempat tinggal mereka. Lokasinya masih di tanah kosong di selatan Pasar Gondanglegi. Karena dirasa mengganggu kenyamanan, Buaman dan anak buahnya diusir warga setempat. Mereka pun memutuskan pindah ke sebelah selatan kuburan.

Bisnis prostitusi itu tak bertahan lama, karena dengan alasan pembongkaran, kemudian mereka pindah ke tanah milik PT KAI sekitar tahun 1983. Di sini lah momen peralihan kepemilikan dari Buaman ke Girun si pemilik tanah. Sejak saat itu, lokalisasi ini dinamakan Lokalisasi Girun. Pada saat awal beroperasinya lokalisasi ini, Girun punya delapan rumah dengan dua wanita di masing-masing rumahnya. Meski akhirnya bisnis ini berkembang dimiliki oleh beberapa orang, nama Girun yang melegenda masih tetap dipakai.

Kini, Lokalisasi Girun telah ditutup bersama enam lokalisasi lain, yakni Suko (Kecamatan Sumberpucung), Slorok (Kromengan), Kebobang (Wonosari), Kalikudu (Pujon), Embong Miring (Ngantang) dan Pulau Bidadari (Sumbermanjing Wetan). Dari data yang dikumpulkan, ada 89 orang PSK (Pekerja Seks Komersial) yang dibebastugaskan. Namun, bisa jadi ada lebih banyak lagi jumlah yang belum terdata, lantaran mereka memang kerap berpindah-pindah dari satu lokalisasi ke lokalisasi lain. Meski telah ditutup, hikayat tentang Girun masih saja menjadi legenda di masyarakat setempat, entah sampai kapan.

?>