April 2, 2023
?>
Pondok Pesantren Al-Khoirot yang mendadak terkenal karena video santrinya (C) ALKHOIROT

Pondok Pesantren Al-Khoirot yang mendadak terkenal karena video santrinya (C) ALKHOIROT

Anda pernah mendengar nama Pondok Pesantren Al-Khoirot yang berada di Malang selatan? Ponpes ini mendadak terkenal karena santrinya yang saling berbalas video dengan Presiden Jokowi. Berikut ini sekilas sejarahnya.

Nama Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang beberapa waktu terakhir mendadak tenar setelah ada salah seorang santrinya bernama Yadian yang menyebut Presiden RI, Joko Widodo sama dengan Naruto melalui sebuah video dan mendapat tanggapan dari sang presiden. Berikut ini sejarah singkat pondok pesantren yang ada di Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang itu.

Pondok Pesantren Al-Khoirot didirikan sejak tahun 1963 oleh KH Muhammad Syuhud Zayyadi. Awal berdirinya, ponpes ini hanyalah sebuah surau kecil tempat sang pendiri biasa mengajarkan ilmunya kepada keluarga dan tetangga sekitarnya. Desa Karangsuko dipilih menjadi lokasi ponpes setelah melalui proses konsultasi spiritual dengan seorang ulama asal Madura bernama KH. Abdul Hamid Baqir bin Abdul Majid.

KH. Syuhud Zayyadi mengasuh pondok ini selama sekitar 30 tahun, sejak awal berdirinya hingga wafatnya pada tahun 1993 lalu. Pada tahun itu, kepengasuhan ponpes ini kemudian dipegang oleh menantunya, KH. Zainal Ali Suyuthi, sampai wafatnya pada tahun 2011. Sejak meninggalnya KH. Zainal Ali Suyuthi pada April 2011, kepemimpinan ponpes kemudian dilanjutkan oleh empat bersaudara yang merupakan putra dari KH. Syuhud Zayadi. Mereka adalah A. Fatih Syuhud, KH. Ja’far Sodiq, KH. M. Hamidurrohman, dan M. Humaidi dibantu oleh Ahmad Faisol yang merupakan putra kedua dari KH. Zainal Ali Suyuthi. Tadinya, keemmpat kyai itulah yang membantu KH. Zainal Ali Suyuthi kala masih aktif memimpin Pondok Pesantren Al-Khoirot.

Mengusung moto “Setiap orang berhak untuk pintar ilmu agama dan umum”, sejak awal berdirinya, Ponpes ini memberlakukan sistem pendidikan salaf murni dengan pengajian kitab kuning klasik dengan metode sorogan, wetonan, dan bandongan sebagai menu pelajaran utama sehari-hari. Namun, sejak tahun 1970-an, Ponpes ini mulai memperkenalkan sistem pendidikan murni agama dengan metode yang lebih modern, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Madrasah Diniyah atau Madin dengan jenjang kelas 1-6 pada saat awal berdirinya.

Lembaga pendidikan ini pada tahun 2009 memperkenalkan sistem pendidikan formal modern setingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) untuk tingkat SLTP dan Madrasah Aliyah (MA) untuk tingkat SLTA. Statusnya yang diakui pemerintah membuat lulusannya dapat menggunakan ijazahnya untuk melanjutkan studi ke sekolah manapun, baik negeri atau swasta, dalam negeri atau pun luar negeri. Meski demikian, sistem salaf tetap dipertahankan secara ketat sebagai penyeimbang. Jadi, selain pendidikan formal, seluruh santri tetap wajib menempuh pengajian kitab kuning. Kedua kegiatan pendidikan ini menjadi satu paket sebagai program keseharian santri Ponpes Al-Khoirot. Artinya, secara tidak langsung, Ponpes ini tidak menerima calon peserta didik yang hanya ingin mengambil pendidikan formalnya saja tanpa mau mengikuti kegiatan pesantren.

Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas santri dan pesantren telah dilakukan sejak awal tahun 2012. Mulai dengan diperkenalkannya program tahfidz Al-Quran, hingga bahasa Arab aktif. Madrasah Diniyah yang dulunya hanya sampai kelas 6, kini sudah punya level Ma’had Aly untuk santri tingkat lanjut. Jika dulu memakai nama kelas 1 sampai 6, saat ini telah berubah menjadi kelas I’dad, Ula 1, Ula 2, Wustho 1 dan Wustho 2. Lalu, ditambah dengan 3 level di atasnya yaitu Ulya 1, Ulya 2 dan Ma’had Aly.

Selain untuk santri, ternyata ada pula program pengajian kitab kuning untuk umum yang diadakan setiap pagi. Pengajian ini membahas kitab-kitab standar Mazhah Syafi’i, seperti Al-Umm karya Imam Syafi’i, Tafsir Jalalain, dan kitab hadits Sahih Bukhari. Ketiga kitab tersebut dikaji dua kali dalam seminggu, tepatnya pada hari Sabtu dan Rabu. Seluruh santri Ponpes ini, dari tingkat paling bawah (I’dad) sampai tingkat paling atas (Ma’had Aly) wajib mengikutinya juga. Ada pula kajian kitab tauhid Jawahirul Kalamiyah, dan kitab tasawuf Minhajul Abidin yang diasuh oleh KH. Ja’far Sodiq setiap Minggu sore yang juga wajib dihadiri seluruh santri. Selain itu, ada juga pengajian khusus untuk santri kelas Wustho 1 ke atas, yakni tiga kitab fiqih berpengaruh Mazhab Syafi’i, yaitu Muhadzab karya Syairazi, Fathul Wahab karya Zakariya Al-Anshari, dan Iqna’ fi Halli Alfadzi Abi Syujak karya Syarbini Al-Khatib yang dikaji setiap Minggu dan Kamis dengan sistem sorogan di mana santri yang membaca dan memaknai sementara kyai memberi penjelasan.

Ponpes ini terletak di antara jalan raya Kepanjen-Gondanglegi, tepatnya di Jalan Kyai Syuhud Zayyadi, No. 1. Letaknya kira-kira berada kurang lebih lima kilometer sebelah barat kecamatan Gondanglegi, atau tujuh kilometer sebelah timur Kepanjen, ibukota Kabupaten Malang. Berdiri di atas area tanah seluas kurang lebih 2.5 hektar Ponpes ini mampu menampung santri dengan usia antara 12 hingga 50 tahun yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara. Bahkan, ada juga santri yang berasal dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Afrika Selatan.

Selain pondok putra, Pondok Pesantren Al-Khoirot memiliki pula pondok putri yang berdiri setahun setelah pondok putra berjalan. Untuk santri putri, pada awal bedirinya dipimpin oleh istri KH Muhammad Syuhud Zayyadi, yakni Ny. Hj. Masluhah Muzakki, selama 33 tahun hingga meninggal pada tahun 1997 lalu. Sepeninggal Ny. Hj. Masluha Muzakki, tampuk kepemimpinan pondok putri kemudian diteruskan oleh Ny. Hj. Luthfiyah Syuhud yang tak lain adalah putri ketiga dari sang pendiri Ponpes. Ia dibantu oleh keempat saudara iparnya yaitu Ny.Hj. Juwairiyah Arifin, Ny. Lutfiyah Karim, Ny. Husnia Khoirotus Sa’adah, dan Ny. Malikatun Nufus Baidlowi hingga kini.

?>